Keputusan sang ayah tepat dan berbuah manis. Witan lolos seleksi masuk Diklat Ragunan dan terus sukses mengembangkan kariernya di dunia sepak bola Indonesia.
3. Menangis jika tak diantar untuk bermain sepak bola
Karena minimnya fasilitas, Witan mengaku banyak belajr skill sepak bola secara ototidak.
Maka tak heran jika sang ayah mengungkapkan bahwa keseharian Witan sejak kecil hanya tentang dua hal, yakni sekolah dan sepak bola, tak ada yang lain.
Witan kabarnya bahkan kerap menangis jika tak diantarkan orang tuanya ke lapangan sepakbola untuk latihan.
4. Diproyeksikan berkarier di Eropa
Sejak akhir tahun 2017, santer dikabarkan bahwa Witan diproyeksikan untuk menimba ilmu di Eropa.
Witan, yang kini masih berusia 16 tahun, dikabarkan bakal ke Spanyol untuk menimba ilmu.
Namun, karena Witan belum cukup umur, kepindahan itu urung terlaksana.
Menurut Raden Isnanta, Deputi Pembudayaan dan Olahraga Kemenpora, keinginannya untuk membawa Witan bermain di Eropa terkendala usia yang belum mencukupi.
Padahal untuk berkarier di Liga Eropa, setidaknya seorang pemain harus sudah berusia 18 tahun.
Witan yang masih duduk di kelas 2 Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan, diharapkan menamatkan sekolahnya terlebih dahulu.
5. Ingin seperti Egy Mualana Vikri
Dalam sebuah wawancara ekslusif dengan Bolasport.com, Witan mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti jejak Egy Maulana Vikri.
Rupanya, Witan bermimpi mengikuti langkah Egy untuk bermain di Eropa.
"Harapan saya tentu semoga bisa berkarier di Eropa seperti halnya Egy," ucap Witan.
Source | : | berbagai sumber |
Penulis | : | Nina Andrianti Loasana |
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
KOMENTAR