Tak Pernah Telat Bayar Gaji Pemain, Klub Wakil Indonesia di Turnamen Level Asia Kini Justru Terpuruk di Liga 3

Nina Andrianti Loasana Jumat, 30 November 2018 | 16:21 WIB
Pemain Bontang FC (sebelumnya bernama PKT Bontang), Achmad Setiawan (kiri) merebut bola dari pemain PSM Makassar, Aswar Amirullah di laga play off IPL 2013 di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara. ()

Puncaknya, pada 1992, PKT Bontang berhasil masuk semifinal. Namun kandas oleh tim asal Jepang- Nissan FC.

Di samping itu, sejak berdiri 1988, PKT Bontang menjadi satu-satunya klub mitra perusahaan yang mampu bertahan di liga utama.

Capaian ini bahkan bisa bertahan selama dua dekade.

 

A post shared by BolaStylo (@bolastylo) on

Prestasi yang berhasil diraih PKT Bontang tak terlepas dari dukungan keuangan klub yang merupaan binaan dari PT Pupuk Kaltim-saat itu.

Anggaran dari produsen pupuk terbesar se-Asia Tenggara itu berhasil menjaga penampilan klub dengan julukan suporter Bontang Mania ini tetap bertengger di liga utama.

Ketika itu, dana sekitar lebih dari Rp 10 miliar per musim selalu dikucurkan perusahaan untuk membiayai klub ini.

“Semua sudah diatur, mulai dari Office Boy (OB) dan gaji karyawan. Manajemen keuangannya dikelola dengan baik,” ujar mantan Sekretaris Umum PKT Bontang, Jaka Kirwanto.

Baca Juga : Reaksi Via Vallen Ketika Menonton Mata Najwa yang Membahas Pengaturan Skor Sepak Bola Indonesia

Pasca-kesepakatan akuisisi Pemkot Bontang, atas PS PKT Bontang 12 Juni 2009 nama klub berubah menjadi Bontang FC.

Mulai dari saat itu, prestasi Bontang FC mengalami penurunan.

Arus keuangan dari perusahaan terputus pasca peralihan ke Pemkot Bontang.

Bontang FC hanya berharap dari APBD Kota Bontang.

Parahnya lagi, Bontang FC kemudian diduga terlibat dalam pengaturan skor.

Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi berat. Bontang FC tersungkur di liga tiga.

Akibatnya, tahun 2013 pelatih Bontang FC, Camara Fode yang juga menjabat sebagai manajer klub dijatuhi sanksi larangan beraktivitas di sepak bola di seluruh dunia selama seumur hidup atas perbuatannya.

 

Manajemen Bali United secara resmi mengakhiri kerja sama dengan Widodo Cahyono Putro yang sebelumnya menjabat sebagai pelatih kepala. Widodo pun tak menyelesaikan Liga 1 2018 bersama klub asal Pulau Dewata ini. Masa bakti Widodo Cahyono Putro bersama Bali United harus selesai lebih cepat dari Liga 1 2018, karena sesuai dengan isi kontrak yang sebelumnya ia tanda tangani. Mantan pelatih Sriwijaya FC itu dinilai sudah gagal bersama Bali United karena Serdadu Tridatu menelan kekalahan tiga kali secara beruntun. Fadil Sausu dkk menelan kekalahan dari Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, dan PSM Makassar. “Menginformasikan, per hari ini manajemen mengakhiri kerja sama dengan saya, mengacu kepada perjanjian kontrak yang telah disepakati,” kata Widodo Cahyono Putro. ”Perjanjian kontrak itu soal kalah 3 kali berturut turut sehingga berakhirnya kerja sama, sekian infonya dan terima kasih,” ujarnya seperti dilansir dari Tribun Bali, Kamis (29/11/2018). Rencananya, Widodo akan pamitan kepada pemain Bali United pada saat sesi latihan di Lapangan Gelora Trisakti, Legian, sore ini. #WCP #baliunited #sedadutridatu

A post shared by BolaStylo (@bolastylo) on



Source : Tribun Kaltim
Penulis : Nina Andrianti Loasana
Editor : Nina Andrianti Loasana
Video Pilihan