Lalu pada empat minggu berikutnya, mereka akan dikurung dalam kandang sempit, dan diberi sekat dengan posisi satu kandang satu angsa.
Berada di kandang sempit, para angsa tetap dipaksa dan dicekoki makanan tinggi protein.
Aksi ini untuk mendorong pertumbuhan yang cepat.
Sementara itu, kandang sempit dimaksudkan agar lemak di bagian hati semakin menumpuk.
Jika banyak lemak menumpuk di daerah hati, cita rasa Foie Grass akan lebih kaya.
Tak cuma kala hidup, saat akan menemui ajalnya para angsa kembali dicekoki makanan secara paksa dengan memasukkan pipa panjang ke tenggorokan mereka.
Tujuannya, tentu untuk menambah kadar lemak di bagian hati angsa.
Hati angsa yang mendapatkan perlakuan begitu akan membesar 10 kali lipat dari angsa yang dibiarkan hidup wajar.
Mirisnya, perlakuan kejam tersebut membuat banyak angsa yang mati karena makan paksa.
Ada pula kerusakan tulang pada sayap, jaringan serta otot-otot tenggorokan.
Investigasi yang dilakukan oleh organisasi pembela hak-hak hewan terbesar di dunia PETA, di Hudson Valley Foie Gras (saat itu dikenal sebagai Commonwealth Enterprises), sebuah fasilitas produksi di New York mengungkapkan hal mengejutkan.
Para pekerja di sana diminta untuk memberi makan secara paksa 500 angsa tiga kali sehari.
Seorang pekerja mengatakan kepada salah satu peneliti PETA bahwa dia bisa merasakan benjolan mirip tumor, yang disebabkan oleh pemberian makan paksa, di beberapa leher angsa.
Demi mengurangi praktek kejam itu, kini kebanyakan peternak memelihara Muscovy atau itik serati dan angsa hibrida atau itik hibrida yang disebut moulards sebagai bahan foie grass tanpa melakukan makan paksa.
Artikel ini telah tayang di Suar.id dengan judul "Foie Grass, Hidangan Mewah Hati Angsa 'Bengkak' yang Didapat dengan Cara Kejam"
Source | : | Suar.id |
Penulis | : | Ananda Lathifah Rozalina |
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |