BolaSttylo.com - Legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat sebutkan 3 faktor kuat melempemnya tunggal putra wakil Tanah Air di All England 2019.
Taufik Hidayat bersuara terkait performa tunggal putra Indonesia pasca berakhirnya ajang All England 2019.
Menurut Taufik Hidayat, terdapat 3 faktor kuat mengapa tunggal putra Indonesia melempem di ajang besar seperti All England.
Sebelumnya, Indonesia belum mampu menempatkan wakil tunggal putra Tanah Air hingga babak semifinal All England.
Anthony Sinisuka Ginting gugur pada babak pertama, kemudian Jonatan Christie menyusulnya di babak kedua.
Baca Juga : Ahsan/Hendra Juara All England 2019, Pebulu Tangkis Inggris Ikut Antusias dan Bahagia Karena Alasan Ini
Sementara itu, Tommy Sugiarto yang mampu melaju ke babak perempat final juga gagal melangkahkan kakinya di semifinal All England.
Hal ini menjadi perhatian besar Taufik Hidayat akan performa yang ditunjukkan oleh tunggal putra milik Indonesia.
Menurut legenda bulu tangkis Indonesia itu, terdapat 3 faktor yang membuat gagalnya para tunggal putra Indonesia bersinar di All England.
Dilansir BolaStylo.com dari BolaSport.com, faktor pertama yang disoroti tunggal putra Indonesia belum dapat menampilkan performa yang konsisten.
Taufik pun membandingkanya dengan tunggal putra negara rival yang menurutnya patut mereka contoh.
"Saya melihat mereka belum stabil untuk jadi pemain di level atas. Tidak seperti (Kento) Momota (Jepang), Shi Yuqi (China), atau Viktor Axelsen (Denmark)," ucap Taufik.
"Mereka, para pemain tunggal putra Indonesia, belum stabil," ucapnya lagi.
Untuk itu Taufik berharap PBSI bersama pelatih dan pemain dapat berbenah untuk mengatasi persoalan tersebut.
Baca Juga : Komentar Adem Hendra Setiawan Soal Cederanya Usai Menangi All England 2019
"PBSI harus benar-benar berbenah, dari pelatih dan pemainnya juga. Sebentar lagi mengejar poin Olimpiade 2020. Kalau begini terus, mau sampai kapan?" imbuhnya.
Lalu faktor yang kedua adalah para pebulu tangkis tunggal putra Indonesia diharap mampu menjaga aktivitas mereka.
Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan sehari-hari diluar pertandingan dan diluar latihan.
Harapan Taufik, para pebulu tangkis dapat lebih bertanggung jawab terhadap kewajiban mereka.
Baca Juga : Libas Wakil Denmark, Kento Momota Ukir Sejarah Baru di All England 2019
Kemudian yang terakhir adalah metode permainan yang monoton yang diterapkan pelatih.
Menurut peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu, tunggal putra Indonesia belum memiliki mentalitas yang kuat.
Metode pelatihan baru dianggap sebagai terobosan untuk dapat menangangi masalah tersebut.
Hasil pengamatan Taufik, permainan sektor tunggal putra Indonesia terlihat monoton.
Hal itu terbukti dari hasil raihan dua tunggal putra, Anthony Ginting dan Jonatan Christie pasca Asian Games 2018.
Jonatan Christie memang sukses di ajang Asian Games 2018, tetapi setelah itu ia kerap gugur.
Sementara itu, Anthony sukses memenangi China Open 2018 setelah Asian Games, tetapi Taufik pun menilai bahwa prestasi itu belum cukup.
"Sebenarnya yang ingin kita lihat itu kestabilannya. Jangan misalnya sekarang kita naik ke atas, tiba-tiba kemudian turun langsung ke lantai. Seharusnya enggak begitu," ujar Taufik Hidayar lagi.
Baca Juga : Kalah dari Ahsan/Hendra, Wakil Malaysia Ini Ucapkan Selamat dan Curhat Begini di Media Sosial
"Mereka harusnya introspeksi diri. Kenapa (tunggal putra) bisa begini," kata Taufik Hidayat.
Gelaran All England 2019 telah usai, satu wakil Indonesia pada nomor ganda putra berhasil membawa pulang gelar juara ajang bergengsi tersebut.
Muhammad Ahsan/Hendra Setyawan sukses membawa pulang gelar juara All England 2019 pada nomor ganda putra.
Source | : | BolaSport.com,bolastylo.bolasport.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |