Akibat Cairan Mengandung THC, Angka Penyakit Akibat Vape Meningkat

Fauzi Handoko Arif Sabtu, 5 Oktober 2019 | 12:03 WIB
Rokok elektrik atau yang dikenal dengan Vape. (svetoff/Getty Images/iStockphoto)

BolaStylo.com - Bukan berita menghebohkan bahwa di Amerika Serikat sedang banyak berita mengenai kematian akibat menggunakan vape.

Vape atau vaping merupakan salah satu rokok elektronik sebagai alternatif dari penggunaan tembakau.

Meski demikian di Amerika Serikat banyak berita tentang penyakit akibat penggunaan vape meningkat.

Dikutip BolaStylo.com dari Wall Street Journal, kasus yang telah dikonfirmasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) akibat menggunakan vape menjadi 1.080 kasus di 48 negara bagian di satu wilayah Amerika Serikat.

Berdasarkan peningkatan penyakit akibat vape diatas, ada 19 kematian yang dilaporkan.

Baca Juga: Live Streaming Indonesia Open 2019 - 7 Wakil Indonesia Perebutkan Tiket Final!

Wakil Direktur Utama CDC, Anne Schuchat, mengatakan menaiknya 275 kasus dalam satu minggu adalah kombinasi dari penyakit baru yang dilaporkan dan kasus retrospektif.

"Kami khawatir bahwa produk berisiko ini masih tersedia," kata Schuchat.

"Itulah salah satu alasan kami mengintensifkan rekomendasi atau peringatan kami," katanya menambahkan.

Meski demikian CDC merekomendasikan kepada orang-orang untuk menghindari vape sementara waktu saat proses investigasi.

Ternyata dari 78% persen pasien yang dilaporkan karena penyakit akibat vape, semuanya menggunakan jenis cairan (liquid) yang mengandung THC.

Baca Juga: Bintang Tottenham Ini Kemudikan Mobil Seharga Rp 4,2 Miliar

THC ini merupakan sumber bahaya dari penggunaan vape karena mengandung bahan psikoaktif dalam ganja.

Saat ini Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) dan CDC serta polisi telah membuka investigasi terhadap cedera paru-paru setelah penggunaan vape dalam sebulan terakhir.

FDA dan CDC menekankan bahwa menyelidiki penyakit merupakan prioritas utama ketimbang menyalahkan vape.

Selain itu FDA juga gencar untuk memberi peringatan kepada konsumen vape untuk tidak menggunakan cairan yang mengandung THC.

Komisioner FDA, Ned Sharpless mengatakan bahwa sebagian besar orang yang memiliki penyakit paru-paru setelah menggunakan vape diketahui memakai cairan yang mengandung THC.

Baca Juga: Jurgen Klopp: Saya Keluar Jika Klub Sebarkan Video Pembicaraan Tim

Selain jangan membeli produk THC, juga disarankan untuk tidak asal membeli cairan yang ilegal.

"Adalah bijaksana untuk berhenti menggunakan produk vaping yang mengandung THC atau yang telah menambahkan zat apa pun kepada mereka," kata Sharpless.

Sampai saat ini negara bagian Amerika Serikat yang tidak terkena penyakit akibat penggunaan vape ada dua yakni Alaska dan New Hampshire.

Sebelumnya, AS sempat kelimpungan terkait penyakit baru akibat penggunaan vape pada bulan Agustus lalu.

Baca Juga: Yuk! Intip Isi Hotel Milik Messi yang Dibanderol dengan Harga 1,8 Juta Per Malam

Ratusan orang dari pelosok negeri dilaporkan mengalami gejala seperti sesak napas, batuk, masalah pencernaan, demam, dan sakit perut.

Sebagian besar pasien telah dirawat di rumah sakit dan banyak membutuhkan ventilasi atau intevensi medis lainnya untuk membantu mereka bernafas.

Mula-mula para ahli berpikir bahwa gejala yang dipicu oleh peradangan atau cedera di paru-paru adalah akibat dari paparan kimiawi.

Akan tetapi tim peneliti dari Mayo Clinic menerbitkan ulasan biopsi paru-paru dari 17 pasien dan menemukan sesuatu.

Mereka telah memastikan bahwa luka-luka yang dialami 17 pasien tersebut lebih mirip dengan menghirup bahan kimia beracun daripada cairan lain.

Baca Juga: Ayah Khabib Nurmagomedov Akhirnya Jawab Tantangan Conor McGregor



Source : wsj.com
Penulis : Fauzi Handoko Arif
Editor : Ananda Lathifah Rozalina
Video Pilihan