Egy Maulana Vikri mendapatkan penghargaan tersebut karena dianggap menjadi sosok yang paling berpengaruh di Timnas U-19 Indonesia.
Ternyata, hal itu membuatnya dilirik Saint-Etienne, klub yang pernah melahirkan talenta hebat seperti Poic Perrin, Dimitri Payet, hingga Blaise Matuidi.
Meski demikian, Saint-Etienne diketahui batal mengamati Egy lebih jauh karena sang pemain memiliki banyak kekurangan juga.
Salah satu yang disoroti pihak Saint-Etienne sebagai kesalahan fatal Egy Maulana Vikri ialah ia belum bisa berbahasa asing dengan lancar.
Hal tersebut ditakutkan dapat merugikan bagi sang pemain dalam proses adaptasinya.
Baca Juga: Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, Dulu Sahabat Kini Lawan!
"Setelah 10 menit melihat Egy bermain, (Saint-Etienne) tertarik dengannya karena memiliki kemampuan luar biasa," kata Dusan dikutip dari Bolanas.
"(Tapi) Mereka bilang kepada saya, sepak bola lebih dari sekedar skill saja," imbuhnya.
Meskipun gagal bergabung dengan Saint-Etienne karena dianggap belum cakap berbahasa asing, Egy Maulana Vikri tetap mampu berkarier di tanah Eropa.
Bersama Lechia Gdansk, Egy memang menjalani proses adaptasi dengan cukup lambat karena kekurangan aspek taktik dan komunikasi.
Source | : | bolanas |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Eko Isdiyanto |