Kisah Pepe Alami Masa Real Madrid Lebih Kacau Ketimbang Kuburan

Ananda Lathifah Rozalina Sabtu, 16 Januari 2021 | 15:40 WIB
Bek Real Madrid, Pepe, memeluk Cristiano Ronaldo pada laga La Liga antara Real Madrid dan Celta Vigo ()

BolaStylo.com - Mantan bek tengah Real Madrid, Pepe mengungkap bagaimana masa-masa sulitnya saat awal bergabung dengan Real Madrid.

Bek tengah asal Brasil, Pepe pernah menjadi bagian dari Real Madrid selama sekitar 10 tahun.

Ia pertama kali direkrut pada pertengahan tahun 2007 silam.

Pepe awalnya mengaku jika dia sejatinya hampir saja pergi dari Porto ke klub selain Madrid.

"Segalanya berlangsng sangat cepat tapi sejujurnya, kamu bisa pergi lebih cepat, bukan ke Real Madrid. Tapi, ke Deportivo La Coruna di akhir musim pertamaku dengan Porto," tutur Pepe.

Tapi, presiden klub Porto saat itu mengatakan tidak dan meminta Pepe untuk bertahan di Porto lebih lama.

Di sisli lain, madia terus menulis hal itu, dan ada pula klub Inggris yang kabarnya tertarik.

Namun, Pepe akhirnya tak pindah dan setelah beberapa musim menghabiskan waktunya di Porto ada penawaran dari Real Madrid.

Pepe mengaku sangat ingin pergi saat itu, meski banyak orang yang mengatakan padanya jika Real Madrid adalah kuburan bagi para bek tengah.

"Dan saya benar-benar ingin pergi ke Real Madrid, meskipun banyak orang mengatakan kepada saya bahwa saya gila pergi ke sana karena itu sangat sulit dan, yang terpenting, karena itu adalah kuburan bagi bek tengah," ungkap Pepe.

Real Madrid sendiri memiliki tempat kosong usai Fernando Hierro pergi dan Pepe ingin mengambil kesempatan itu.

Saat akhirnya bergabung dengan Real Madrid, Pepe tampak sedikit kesulitan beradaptasi.

Ia adalah tipe pengamat yang mencoba membaca kondisi lingkungan sekitar.

"Di pramusim, saya praktis tidak berbicara, saya hanya berlatih dan menonton, karena saya seorang pengamat," kenang Pepe.

Sementara itu, Pepe juga mendapati kekacauan yang menurutnya parah dalam kubu Real Madrid di pertandingan pertamanya.

"Pertandingan pertama saya melawan Atletico Madrid." Pepe mengenang.

"Saya datang dari klub yang terorganisir secara taktis di mana, jika bola ada di kiri, Anda harus menekan di sana. Jika di kanan, Anda menekan di sana - hal-hal seperti itu, dasar-dasarnya."

"Dan apa yang saya temukan di Real Madrid adalah kekacauan. Pada menit ke-30, serangan kami gagal dan mereka menyerang kami satu lawan satu dan kami berlari mundur."

Tapi, bukannya mengcover secara tim ke titik yang bermasalah seperti yang biasa di lakukan oleh tim Pepe sebelumnya, Madrid justru memiliki gaya permainan inidvidual dimana setiap pemain memiliki posnya masing-masing.

"Saya melihat kembali ke Fabio dan berkata kepadanya: 'Fabio! Fabio! cover, cover!' Dan dia berkata kepada saya: "Tidak, tidak, kami tidak melakukan itu di sini. Setiap orang memiliki sisi mereka sendiri". Dan saya seperti: "Seperti itu? Persetan" geram Pepe kala itu.

Pepe akhirnya harus menghadapi pemain lawan yang datang padanya sendirian.

Selain kekacauan dalam gaya permainan yang sempat mengagetkannya, Pepe mengaku jika tekanan di ruang ganti Real Madrid tidak mudah.

Semua pemain papan atas ada di sana sehingga tekanan untuk tampil lebaih baik terhitung brutal.

Meski begitu, Pepe akhirnya bisa bertahan dan menjadi salah satu bintang di Real Madrid.

Pepe sendiri akhirnya berpindah dari Real Madrid ke Besiktas pada pertengahan 2017 silam dan kini tergabung bersama FC Porto sejak 2019 silam.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaStylo (@bolastylo)

 



Source : Marca
Penulis : Ananda Lathifah Rozalina
Editor : Ananda Lathifah Rozalina
Video Pilihan