Euro 2020 - Luka Gareth Southgate Terobati dengan Tangisan Jerman, Ini Kesempatan Inggris Juarai Piala Eropa

Ananda Lathifah Rozalina Rabu, 30 Juni 2021 | 08:44 WIB
Pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate, bersama Bukayo Saka dalam duel Euro 2020 melawan Rep Ceska, 22 Juni 2021. (TWITTER.COM/OPTAJOE)

BolaStylo.com - Luka lama di hati Gareth Soutgate dan warga Inggris selama 25 tahun, akhirnya terobati usai Inggris membuat Jerman menangis, Selasa (29/6/2021).

Gol Raheem Sterling dan Harry Kane membawa Three Lions menang 2-0 atas Jerman di babak 16 besar Euro 2020, sekaligus melangkah ke perempat final, bertemu Ukraina di Roma.

Kemenangan di Stadion Wembley itu bahkan melambungkan keyakinan Inggris, ini kesempatan terbaik untuk juara.

Di tempat yang sama, 26 Juni 1996, Inggris bertemu Jerman di babak semifinal Piala Eropa.

Saat itu harapan Inggris untuk juara juga sangat besar, bahkan jauh hari mereka mengobarkan slogan, "Football Coming Home".

Sebagai penggagas sepak bola modern, Inggris berharap kehormatan sepak bola kembali kepada mereka.

Sayang, meski sempat unggul 1-0 lewat gol Alan Shearer, Inggris dipaksa imbang 1-1 setelah Stefan Kuntz membobol gawang David Seaman.

Pertandingan diakhiri dengan adu penalti.

Itulah awal runtuhnya mimpi Inggris untuk menyambut kehadiran kembali kehormatan sepak bola.

Dalam adu penalti, Inggris kalah 4-5 dan biang kegagalan itu adalah Gareth Southgate yang saat itu menjadi bek andalan.

Sebagai penendang penalti kelima, ia gagal. Wembley bungkam, Inggris muram. Jerman yang akhirnya ke final dan juara, setelah mengalahkan Republik Ceko.

Seperti pisau menikam jantung, rasa sakit itu diakui Gareth Southgate selalu mengganggunya dan tak bisa hilang.

Kini, sebagai manajer Inggris, ia ingin menebus kesalahan besar yang bersejarah itu, meski tak bisa mengubah masa lalu.

Kemenangan Harry Kane dkk atas Jerman di babak 16 besar Euro 2020 itu, serasa membasuh luka itu, meski tak akan hilang 100 persen.

"Saya merasa senang (karena Inggris menang atas Jerman)," kata Gareth Southgate.

"Saya melihat di layar lebar, David Seaman ada di sana. Teman satu tim yang bermain dengan saya (saat lawan Jerman di Euro 1996). Saya tak bisa mengubah masa lalu. Maka, itu akan selalu menyakitkan," tambahnya.

"Tapi, yang terasa indah adalah, kami mempersembahkan langkah ke babak berikutnya untuk diingat dan sekarang kami akan ke sana dan berjuang di Roma (lawan Ukraina di perempat final)," tegasnya.

Meski tak mengubah sejarah Euro 1996, kemenangan Inggris atas Jerman itu melambungkan kembali mimpi publik.

Bahkan, slogan "Football Coming Home" bergema lagi.

Legenda Inggris, Alan Shearer, yakin ini kesempatan terbaik Inggris untuk juara.

"Saya yakin, Inggris tak akan punya kesempatan sebaik ini untuk juara Piala eropa," tandas Shearer.

Jalan Inggris memang terlihat lebih mudah, setelah menyingkirkan lawan terberat Jerman.

Melawan Ukraina pada perempat final di Roma, Inggris jauh lebih diunggulkan.

Jika lolos, di semifinal, mereka akan bertemu pemenang antara Denmark dan Cska di Stadion Wembley.

"Jika Anda bisa memilih sesuatu seperti itu (drawing), maka Anda tinggal berjuang dan lihat apa yang akan terjadi," terang Shearer.

"Kami sudah mengalahkan Jerman dan kami melakukannya dengan cara yang impresif hari ini," tegasnya.

Apalagi, semangat membayar kegagalan di Euro 1996 semakin besar, demikian juga harapan publik Inggris.

Mungkin, sakit hati di Euro 1996 tak akan hilang dari hati Gareth Southgate dan seluruh publik Inggris.

Namun, juara Euro 2020 akan menjadi obat terindah, bahkan sangat mungkin melupakan sakit masa lalu.

Semangat itu yang kini menjadi energi lebih Three Lions dalam melangkah ke babak berikutnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaStylo (@bolastylo)

 



Source : berbagai sumber
Penulis : Ananda Lathifah Rozalina
Editor : Ananda Lathifah Rozalina
Video Pilihan