BolaStylo.com - Pelari asal Namibia, Christine Mboma ramai diperbincangkan usai menorehkan rekor luar biasa di Olimpiade Tokyo 2020.
Christine Mboma memang masih berusia 18 tahun, tapi prestasinya patut diacungi jempol.
Mboma diketahui memecahkan rekor dunia U-20 pada nomor lari 200 meter sebanyak tiga kali pada Olimpiade Tokyo 2020
Tak cuma itu, pelari putri asal Namibia itu juga berhasil meraih perak Olimpiade Tokyo 2020 di nomor 200 meter pada debutnya di kompetisi tersebut.
Keberhasilan Mboma ini membuatnya mengalahkan pelari top seperti Gabby Thomas yang harus puas dengan perunggu dan Shelly-Ann Fraser-Pryce yang finish di posisi keempat.
Sayang, kegemilangan Mboma ini malah berujung pada kontroversi terkait identitas gendernya.
Pasalnya, Mboma diketahui mengalami hiperandrogenisme, yakni suatu kondisi tubuh menghasilkan lebih banyak testosteron daripada biasanya.
Melihat hal itu, salah satu mantan sprinter asal Polandia, Marcin Urbas mulai mempertanyakan identitas gender Mboma.
Marcin secara blak-blakan meminta Mboma dites secara keseluruhan untuk membuktikan dia benar-benar wanita.
"Saya ingin meminta tes menyeluruh pada Mboma untuk mengetahui apakah dia benar-benar seorang Wanita," tutur Urbas.
Menurut Urbas, kelebihan testosteron yang dimiliki Mboma terlihat jelas menguntungkan pelari Namibia itu dari berbagai aspek.
"Kelebihan testosteron Mboma dibandingkan peserta lain terlihat dengan mata telanjang. Dalam konstruksi, gerakan, teknik, seklaigus kecepatan dan daya tahan," lanjutnya.
Menurut Urbas, Mboma telihat seperti remaja pria berusia 18 tahun.
"Dia memiliki parameter anak laki-laki berusia 18 tahun, pada usia itu PB saya adalah 22,01 dan dia telah melakukannya pada 21,97 di Tokyo," tambahnya.
Pembuktian itu diinginkan Urbas demi keadilan dan kesetaraan.