BolaStylo.com - Kompetisi sepak bola Indonesia kini kembali digoyang isu pengaturan skor yang meresahkan banyak pihak.
Beberapa tahun lalu sepak bola Indonesia diguncang kasus pengaturan skor dan berujung ditangkapnya beberapa nama yang ikut terlibat oleh Satgas Antimafia Bola.
Kini, isu yang sama kembali mencuat dan mencoreng nama induk organisasi sepak bola Indonesia (PSSI) untuk kesekian kalinya.
Beberapa hari lalu, isu pengaturan skor menimpa Perserang yang diduga terjadi saat laga kontra Rans Cilegon FC.
Kasus ini berujung pada sanksi pada 5 pemain karena terlibat dalam percobaan suap untuk mengatur skor.
Di tengah isu pengaturan skor yang kembali mengguncang sepak bola Indonesia, terungkap fakta jika ternyata Satgas Antimafia Bola yang dulu bertugas menangani praktek kecurangan di sepak bola ternyata telah bubar.
Unit khusus bentukan Mabes Polri itu sudah bubar pada tahun 2020 lalu.
Hal itu dikonfirmasi oleh Mantan Ketua Satgas Antimafia Bola, Hendro Pandowo yang disampaikan pada acara Mata Najwa.
"Pada tahun 2018, pada saat acara Mata Najwa yang dihadiri oleh bapak Kapolri muncul keluhan dari masyarakat tentang terjadinya praktek kecurangan, praktek pengaturan skor terhadap pertandingan sepak bola bail Liga 1, Liga 2 dan Liga 3. Sehingga dari situlah bapak Kapolri kemudian membentuk Satgas Antimafia Bola," tuturnya.
Tapi, kenapa masih ada orang yang tampak menggunakan rompi bertuliskan Satgas Antimafia Bola di setiap pertandingan Liga 1 digelar?
Meski sudah bubar, ada bagian kesepakatan dimana tetap diperbolehkan adanya tindak pengawasan.
"Kemudian saat ini kita lihat ada beberapa orang saat bergulirnya Liga 1 Liga 2 di Indonesia di tahun 2021 beberapa mengenakan rompi Satgas Antimafia Bola. Memang itu bukan dari Satgas Antimafia Bola Polri yang saya pimpin karena sudah berakhir di bulan Agustus tahun 2020. Terus siapa dia?"
"Perlu saya sampaikan bahwa di tahun 2021 ada kerjasama antara Ketua PSSI, bapak Mochamad Iriawan dan bapak Kapolri."
Hendro lantas menegaskan jika Kapolri belum membentuk Satgas Antimafia Bola, tapi ada pengawasan yang bisa dilakukan secara bersama atau salah satu pihak.
"Kerja sama itu memang baru ditandatangani pada 20 Juli 2021. masing-masing Polri maupun PSSI punya komitmen untuk mewujudkan persepak bolaan yang bersih kemudian berprestasi kemudian menurut saya ditambahkan kondusif dan aman disamping bermartabat."
"Kemudian, untuk Satgas Mafia Bola itu memang berdasarkan surat perintah bapak kapolri sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 bulan Agustus, saat ini kita dari pihak Polri belum membentuk Satgas Mafia Bola."
"Tetapi kita sudah punya pedoman yang juga sudah dituangkan, dalam rangka penegakan hukum ada pengawasan dan ada juga kegiatan penegakkan hukum yaitu pencegahan dan penegakan hukum itu sendiri."
Saat ditanya siapa yang pakai rompi di lapangan, Mantan ketua Satgas Antimafia Bola itu menegaskan bukan dari pihaknya lagi.
"Begini, ada ruang lingkup dalam kerjasama itu tentang penegakan hukum, penegakan hukum itu diantaranya ada kegiatan pengawasan, pengawasan itu dapat dilaksanakan baik bersama-sama maupun oleh masing-masing pihak, ya barangkali itu dilakukan oleh PSSI pengawasan itu dalam langkah pencegahan. Tapi kami belum membuat untuk satgas itu," jelasnya.
Saat ditanya apakah itu berarti orang dari PSSI yang memakai rompi itu, ia meminta Najwa mengkonfirmasi pada PSSI sendiri.
Meski begitu, ia tidak menutup kemungkinan jika nanti diperlukan Satgas Antimafia-Bola bisa kembali dibuat.
"Memang sudah diamanahkan pada kerja sama tersebut, bahwa apabila nanti diperlukan untuk membentuk Satgas nanti akan dibuat draft yang lebih teknis tentang satgas itu," tuturnya.
| Source | : | berbagai sumber,Mata Najwa Trans 7 |
| Penulis | : | Ananda Lathifah Rozalina |
| Editor | : | Ananda Lathifah Rozalina |