BolaStylo.com - Lika-liku kehidupan calon manajer anyar Manchester United, Erik ten Hag penuh dengan hal mengerikan hingga membentuk jati dirinya yang sekarang.
Jati diri Erik ten Hag menjadi hal yang menarik diketahui setelah santer dikabarkan bakal menjadi manajer anyar Manchester United untuk musim depan.
Setidaknya terdapat tiga kejadian mengerikan yang dialami Erik ten Hag di kehidupannya lalu yang membentuk jati dirinya hingga saat ini.
Kecelakaan mengerikan, bunuh diri dan kematian menjadi pengalaman hidup yang harus dirasakan Erik ten Hag di masa muda saat mencari jati diri.
Dilansir BolaStylo.com dari Daily Mail, peristiwa yang pertama adalah kematian teman dekatnya, Andy Scharmin dalam sebuah kecelakaan tragis pada 7 Juni 1989.
Baca Juga: Marah & Malu Markas Barcelona Diinvasi, Joan Laporta Tindak Lanjuti Kasus Ini
Kala itu Andy tengah dalam perjalanan ke Suriname untuk mengikuti Turnamen Toulon, bersama dengan pemain timnas Belanda U-21 usai gagal mendarat di Bandara Internasional Paramaribo-Zanderij.
"Saya mengetahui kabar buruk ini dari rekan setimnya di FC Twente, Edwin Hilgerink," ucap Erik ten Hag.
"Dia mengetuk pintu rumah saya dan memberi tahu bahwa pesawat yang ditumpangi Andy dan ibunya mengalami kecelakaan mengerikan.
"Kabar kecelakaan itu menjadi pukulan telak bagi saya. Apalagi, usia saya masih 19 tahun. Saya pun tak kuasa menahan tangis ketika menghadiri prosesi pemakaman.
Baca Juga: Evan Dimas Minta Bonek-Aremania Sopan, Gaungkan Persaudaraan
"Setelah itu, saya memutuskan untuk menjadikan tanggal kematian Andy sebagai hari berkabung guna mengingat sosoknya," imbuhnya.
Kemudian peristiwa kedua adalah insiden bunuh diri mantan rekan setim Erik di FC Twente, Gino Weber setelah kariernya hancur karena cedera.
Tak hanya satu orang Wilfriez Elzinga yang juga rekan Erik sempat mencoba untuk bunuh diri juga karena mengalami cedera parah, beruntung niatan itu urung dilakukan.
Kejadian yang menimpa kedua rekannya itu membuat Erik trauma, pasalnya calon pelatih Manchester United ini terbilang cukup akrab dengan dua rekannya itu.
Baca Juga: Hancurkan Barcelona, Pemain Frankfurt Lunasi Utangnya ke Luka Modric!
Dan terakhri adalah kematian Epi Drost, mentor sekaligus pelatih tim muda FC Twente yang dikagumi Erik meninggal akibat serangan jantung.
Insiden ini juga memengaruhi jati diri Erik, hingga di tahun 2002 membuatnya memutuskan menjadi seorang pelatih tepat setelah pensiun.
"Epi Drost adalah idola saya. Dia adalah penggemar sepak bola sejati," ujar Erik ten Hag.
"Dia memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan itulah yang membuat saya mengaguminya. Dia tutup usia pada 1995 saat mendampingi klub nya yang bernama RKVV STEVO." imbuhnya.
Sebagai seorang manajer, Erik membentuk filosofi permainan yang tidak merugikan siapa pun, bisa dibilang pria berkepala pelontos ini merupakan sosok perfeksionis.
Merencanakan strategi degan matang dan merangkul semua elemen yang dibutuhkan untuk bekerja sama dengan baik, sehingga tak ada yang merugi karena strateginya.
Source | : | Dailymail.co.uk |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |