BOLASTYLO.COM - Kondisi pintu 13 Stadion Kanjuruhan jadi misteri baru dalam tragedi laga Arema FC versus Persebaya Surabaya, PSSI dan Kompolnas kompak satu suara.
Menurut pengakuan Aremania sebelumnya, pintu 13 Stadion Kanjuruhan sempat terbuka pada menit ke-85 pertandingan.
Namun pintu tertutup lagi ketika tragedi terjadi, tak hanya tertutup pintu 13 bahkan terkunci dengan gembok.
Di saat para penonton ingin keluar dari stadion guna menghindari gas air mata, mereka justru terjebak karena pintu 13 terkunci.
Menjadi pertanyaan besar siapa yang menutup pintu 13 yang sebelumnya terbuka itu, PSSI dan Kompolnas memiliki jawaban yang sama.
Baca Juga: Dijaga Aparat, Gerbang Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Sempat Terbuka Tapi Ditutup Lagi
Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang disebut harus bertanggung jawab atas terkuncinya pintu tersebut.
Pihak PSSI mengaku alasan Panpel ini dinilai merupakan salah satu pelanggaran yang dilakukan oleh Panpel hingga menyebabkan banyak korban meninggal.
"Jadi alasan Panpel pintu tidak dibuka pada menit ke-80 seperti yang kami anjurkan, karena ada kekhawatiran akan diserbu suporter yang dari luar," ucap Ahmad Riyadh, Rabu (5/10/2022).
"Jadi selain banyak suporter dari dalam, itu juga banyak suporter yang ada di luar. Jari alasannya demi keamanan.
Baca Juga: Dedengkot Persib Bandung Serukan Perdamaian Suporter, Viking-Jakmania!
"Sebenarnya tidak semuanya tertutup, sebagian sudah ada yang dibuka. Yang masih ditutup itu telat komando.
"Belum sampai ke tujuan (penjaga pintu,red). Padahal lebih penting lagi jika ada jalur evakuasi. Ini ke depan harus ada hitungan dan simulasinya.
"Untuk menentukan berapa orang yang bisa lewat dengan lancar di sebuah pintu misalnya." imbuhnya.
Sama dengan PSSI, Kompolnas juga menyampaikan temuan adanya pihak yang mengunci pintu 13 sebelum traged Kanjuruhan terjadi.
Baca Juga: Kunjungi Stadion Kanjuruhan, Jokowi Dapat Gambaran 3 Masalah Ini
Hal ini diungkapkan Albertus Wahyurudhanto yang mengungkapkan temuan mereka juga mengarah pada panitia pelaksana pertandingan.
"Ada (yang mengunci). Kami konfirmasi ke Kapolres (Malang) bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu," ucap Albertus.
"Secara logika yang pegang kunci adalah panpel (panitia pelaksana). Tidak mungkin polisi megang kunci," imbuhnya.
Sementara menurutnya, tembakan gas air mata yang dilakukan pihak kepolisian justru memperparah kondisi yang dialami penonton saat itu.
"Menurut beberapa informasi, itu (gas air mata) yang menjadi pemicu kemudian orang berebutan untuk keluar pintu." imbuhnya.
Source | : | Suryamalang.tribunnews.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |