Baca Juga: Cerita Pelatih Persib Bandung Mengenai Teror Mengerikan di Malang
Menurut kompas.com, BPA merupakan bahan kimia estrogenik yang menimbulkan dampak negatif pada keseimbanan hormon manusia.
Tak hanya sampai disitu dampak buruk lainnya juga diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan oleh State University of New York, Fredona, Amerika Serikat.
Penelitian ini melibatkan 259 botol air plastik, hasilnya adalah 93 persen dari jumlah botol telah mengalami beberapa bentuk kontaminasi mikroplastik.
Beberapa botol menggunakan bahan yang terbuat dari polietilen tereftalat (PET) yang aman digunakan.
Baca Juga: Update Ranking BWF - Hanya di Satu Sektor Indonesia Tak Masuk 10 Besar
Akan tetapi, botol jenis ini juga tidak dapat digunakan kembali setelah sekali dipakai.
Kandungan kimia yang terdapat didalam botol dapat larut dalam air jika tergores atau terkena panas.
Selain itu, aktivitas fisik seperti tutup botol yang sering bersentuhan dengan mulut juga merupakan salah satu faktornya.
Menurut Prof. Stephanie Liberatore dalam jurnal akademik The Science Theacher menyebut aktivitas tersebut menyebabkan kuman dapat masuk ke dalam botol.
"Bagian terbuka dari botol air tergolong kecil, sehingga sulit dibersihkan," ucap Prof Stephanie Liberatore.
"Kondisi ini dikombinasikan dengan lingkungannya yang lembap, dapat membuat botol air menjadi tempat berkembang biak bakteri,” imbuhnya.
Sangat disarankan untuk tidak menggunakan kembali botol kemasan air minuman yang telah sekali dipakai.
Sebagai gantinya, botol yang terbuat daru bahan kaca dan stainless steel dapat menjadi pilihan, tak hanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh, tetapi juga membantu menjaga linkungan sekitar.
Baca Juga: Live Streaming Timnas U-15 Indonesia Vs Timor Leste, Duel Perebutan Posisi Puncak!
Source | : | Kompas.com,bolastylo.bolasport.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR