BolaStylo.com - Dari pahlawan bulu tangkis Indonesia di Piala Uber 1975, Tati Sumirah pernah menjadi kasir apotek demi menyambung hidup.
Sosok sederhana Tati Sumirah, pemberi gelar juara Piala Uber 1975 pertama kalinya untuk Indonesia.
Tentunya meninggalnya Tati Sumirah membuat dunia bulu tangkis Indonesia berduka dan sangat kehilangan.
Pahlawan Indonesia di Piala Uber 1975 itu berpulang di usia 68 tahun karena sakit kadar gula darah tinggi dan masalah pada paru-paru.
Tati berpulang pada Kamis (13/2/2020) setelah sembilan hari mendapat perawatan di ICU RSUP Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur.
Baca Juga: Duka Bulu Tangkis Indonesia, Pahlawan Piala Uber 1975 Tati Sumirah Berpulang
Lima tahun setelah memberi gelar Piala Uber untuk Indonesia, Tati berhasil mengemas medali perunggu di Kejuaraan Dunia 1980.
Setahun kemudian ia memutuskan untuk pensiun, setelah itu kehidupan yang dijalani Tati berubah drastis.
Sempat ditawari untuk menjadi pelatih PB Tangkas, namun Tati menolak tawaran tersebut karena menganggap dirinya tak berbakat menjadi pelatih.
Keputusan mengejutkan justru diambil Tati Sumirah pasca memustuskan pensiun sebagai atlet bulu tangkis.
Dilansir BolaStylo.com dari Kompas.com, demi menyambung hidup, Tati memilih bekerja sebagai seorang kasir di apotek kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Meski demikian, rekan-rekan Tati Sumirah yang mengetahui hal tersebut tak diam begitu saja.
Tati kemudian mendapat pekerjaan baru di perpustakaan perusahaan minyak pelumnas yang berada di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Mantan pebulu tangkis tunggal putri Indonesia ini berjasa besar pada raihan gelar Piala Uber 1975.
Kala itu, ia menyumbang poin bagi Indonesia dengan mengalahkan wakil Jepang, Atsuko Tokuda.
Sementara dua wakil Indonesia lain belum berhasil menyumbang poin di laga melawan Jepang tersebut.
Meskipun di sektor tunggal menelan kekalahan cukup telak, pada empat partai ganda putri, Indonesia sangat mendominasi permainan.
Source | : | Kompas.com,bolastylo.bolasport.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR