"Ketika saya menjadi pelatih kepala Sangju Sangmu, saya terkejut dua kali dan dibawa ke ruangan darurat. Setelah sebuah pemeriksaan menyeluruh, mereka bilang saya mengalami serangan panik."
"Saya masih harus mengonsumsi obatnya sampai sekarang. Saya pikir itu karena saya sangat strees terkait hasilnya," ceritanya.
Lewat perawatan yang dilakoninya, Park akhirnya bisa beradaptasi dengan tekanan. Sekarang dia menganggap pencapaian sebagai angin lalu.
Dia akan melupakan dan fokus pada pekerjaannya saja tanpa memikirkan pencapaiannya, sehingga tak terlalu merasakan tekanan.
"Saya pikir siapa yang tidak hidup seperti itu, menghadapi dan menanggung tekanan. Siapa pun yang menjadi tua harus melepaskan posisinya."
Karena sederet tekanan yang pernah dirasakannya sebagai pelatih sepak bola itulah Park tak ingin lagi menjadi mengulangi pekerjaan yang sama jika mendapatkan kesempatan reinkarnasi.
"Jika saya bereinkarnasi, saya tidak ingin menjadi pelatih sepak bola, saya sudah melewati banyak hal dan bertanya pada diri saja jika saya bisa melakukan itu lagi?" jelasnya.
Meski begitu, Park merasa bangga dengan apa yang sudah dilakukannya selama ini karena dia merasa memiliki karier yang tidak akan terlupakan.
"Meksi begitu, saya merasa bangga dan karier yang tidak terlupakan," tambahnya.
View this post on Instagram
Source | : | VN Express |
Penulis | : | Ananda Lathifah Rozalina |
Editor | : | Ananda Lathifah Rozalina |
KOMENTAR