BOLASTYLO.COM - Dunia sepak bola modern tak lepas dari tangan dingin seorang Pep Guardiola, karyanya tak hanya berupa monster dalam diri Lionel Messi.
Pep Guardiola termasuk sebagai manajer terpenting dalam generasinya, diawali dari Barcelona selama empat tahun medio 2008 hingga 2012.
Tiga gelar La Liga dan dua gelar Liga Champions, sebelum Pep Guardiola hijrah ke Bayern Muenchen dan kini menukangi Manchester City.
Selama itu, pria berkepala plontos ini berhasil mempersembahkan 10 gelar hanya dalam 13 musim dan merengkuh 31 trofi utama bersama tiga klub.
Dalam kurun waktu tersebut, Pep berhasil menciptakan monster dalam diri Lionel Messi tak hanya saat bersama Barcelona tetapi juga kini di PSG dan timnas Argentina.
Baca Juga: India Open 2023 - Ada Kutukan saat Gregoria Jumpa An Se-Young
Kini muncul tiga sosok monster lainnya, bukan sebagai seorang pemain namun level yang lebih tinggi dari itu, yakni seorang manajer.
Tiga murid Pep Guardiola saat ini memimpin tim yang berhasil memuncaki klasemen sementara kompetisi bergengsi liga di Benua Biru, berikut di antaranya.
Mikel Arteta
Selama tiga tahun mencuri ilmu dari Pep Guardiola sebagai asisten di Manchester City, sebelum akhirnya Arteta hijrah ke Arsenal.
Sempat mengalami masa sulit, kepercayaan The Gunners terhadap Arteta berbuah manis di musim ini dengan puncak klasemen Premier League.
Baca Juga: Hasil India Open 2023 - Anthony Ginting Siap Panaskan Babak 16 Besar
Arteta dinilai mampu membentuk tim dengan menerapkan prinsip yang dipegang Guardiola, termasuk landasan utama dari filosofi bermain menggunakan umpan pendek.
Selain itu juga menerapkan cara bermain berbasis penguasaan bola, baik Arteta maupun Guardiola sudah saling kenal sejak masih di Barcelona lebih dari 20 tahun lalu.
Bersama Arteta musim ini, Arsenal sukses memuncaki klasemen sementara Premier League dengan torehan 47 poin selisih 8 angka dari Man City di peringkat kedua.
Vincent Kompany
Baca Juga: Hasil India Open 2023 - Sempat Sulitkan Lee Zii Jia, Rekor Vito Akhirnya Ambyar
Dua gelar Premier League diberikan Kompany dan Guardiola untuk Manchester City pada 2018 dan 2019, pemain timnas Belgia itu merupakan kapten tim saat dua gelar tersebut direngkuh.
Sebelum pada akhirnya pensiun dan mengejar karier di manajemen klub, diawali dengan tugas pertamanya di Anderlecht kemudian hijrah ke Inggris lagi.
Kontestan Divisi Championship Liga Inggris, bersama Kompany sukses memimpin klasemen sementara dengan raihan 59 poin dari 27 laga.
Kesuksesan Kompany ini tak lepas dari tangan dingin Guardiola, hal ini bahkan diakui oleh mantan bek timnas Belgia dalam sebuah wawancara.
Di atas lapangan pun, Kompany membentuk Burnley dengan tipe gaya bermain atraktif layaknya Guardiola di Barcelona, Bayern Muenchen hingga Man City.
Baca Juga: Hasil India Open 2023 – Menawan, Gregoria Melaju ke Babak 16 Besar
Xavi
Xavi merupakan pemain yang paling dikenal sangat filososif Guardiola, mantan anak asuh di Barcelona dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Sosoknya merupakan salah satu pemain raksasa Catalan yang paling berpengaruh bagi tim semasa Guardiola menjabat manajer.
Usai pensiun Xavi memutuskan terjun ke dunia kepelatihan, bersama Al-Sadd di Qatar pun ia tetap menerapkan filosofi bermain Guardiola.
Puncaknya saat membawa Barcelona meraih gelar juara Piala Super Spanyol usai mengalahkan Real Madrid di partai final dengan skor 3-1.
Baca Juga: Lima Tahun Bangun Sepak Bola Vietnam, Park Hang-seo Cuma Minta Ini!
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR