Meskipun bulu mata dan alisnya benar-benar membeku, Voloshin dengan berani terus berlari sampai melewati garis finis di ujung rute lari maraton.
Voloshin sendiri mengatakan, ia tidak akan mengulangi aksi berbahaya tersebut.
Baca Juga: Hujan Air Mata Iringi Finis Dua Pelari Wanita di Ajang Dallas Marathon 2018
"Ini seperti pergi ke luar angkasa, beku dan tidak ada oksigen sama sekali. Buruk. Jangan mencoba mengulanginya," kata Voloshin dikutip BolaStylo.com dari Russia Today.
Perlombaan maraton yang cukup menantang itu adalah bagian dari proyek Voloshin bernama Unfrozen.
Ia ingin meningkatkan kesadaran tentang cerebral palsy, penyakit gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak.
Selain itu, Viloshin juga ingin memberikan bantuan kepada anak-anak yang menderita penyakit celebral palsy.
Viloshin saat ini mengumpulkan uang untuk pengobatan putrinya, Eva, yang juga menderita penyakit celebral palsy.
"Pada saat-saat tersulit, saya memikirkan keluarga saya, yang mengkhawatirkan saya. Dan ketika saya ingin berhenti, saya memikirkan putri kecil saya Eva, yang sedang menunggu bantuan. Yang paling penting saya ingin segera masuk ke sauna saya," ucap Voloshin mengenang perjuangannya saat lari maraton.
Baca Juga: Jalan Kaki 4,5 Km di Tengah Suhu Dingin, Rambut Bocah Asal china Ini Jadi Es, Begini Nasibnya Kini
Aksi nekat ini bukan pertama kalinya yang dilakukan Voloshin dalam kompetisi ekstrerm.
Pada April 2018, ia finis kedua di lomba lari Maraton di Kutub Utara dengan catatan waktu 5 jam 3 menit.
Sedangkan, pada 2014 dia juga berkompetisi di lomba triatlon di Zurich, Swiss, di mana dia berenang sejauh 4 km, bersepeda 180 km, dan berlari 42 km.
Dia juga melakukan free diving, dengan catatan waktu menahan napas selama 6 menit dan 30 detik.
Source | : | Russia Today |
Penulis | : | Aziz gancar Widyamukti |
Editor | : | Muhammad Shofii |