BolaStylo.com - Seorang pelari bernama Moldova Dmitri Voloshin telah mencatatkan rekor unik setelah menyelesaikan lari maraton.
Moldova Dmitri Voloshin adalah seorang pelari yang cukup mengambil resiko dalam menyelesaikan tantangan lari maraton.
Dilansir BolaStylo.com dari Russia Today, Moldova Dmitri Voloshin menjadi pelari pertama yang melintasi jarak 50 km di Republik Sakha dengan suhu sangat rendah.
Voloshin membutuhkan waktu enam jam untuk menyelesaikan lari maraton yang melelahkan di Siberia, di mana suhu turun drastis menjadi minus 76 derajat Fahrenheit (minus 60 derajat Celcius).
Baca Juga: Cerita Horor Pelari Inggris, Harus Terima Kabar Buruk Sesaat Usai Kelahiran Putranya
Meski begitu, cuaca ekstrem tidak menyurutkan semangat Voloshin untuk menyelesaikan tantangan lari maraton.
Di bawah pengawasan dokter dan tim penyelamat, Voloshin berhasil menyelesaikan tantangan lari maraton tersebut.
Ia bahkan tidak mengandalkan bantuan dari tim dokter dan penyelamat sepanjang lomba lari maraton.
Baca Juga: Alasan Pelari China Buang Bendera Negaranya di Ajang Suzhou Marathon
Voloshin menerjang suhu yang sangat rendah di Siberia dengan mengenakan penghangat leher dan topeng pernapasan untuk pemain ski yang membuatnya terlihat seperti karakter Mortal Kombat.
Meskipun bulu mata dan alisnya benar-benar membeku, Voloshin dengan berani terus berlari sampai melewati garis finis di ujung rute lari maraton.
Voloshin sendiri mengatakan, ia tidak akan mengulangi aksi berbahaya tersebut.
Baca Juga: Hujan Air Mata Iringi Finis Dua Pelari Wanita di Ajang Dallas Marathon 2018
"Ini seperti pergi ke luar angkasa, beku dan tidak ada oksigen sama sekali. Buruk. Jangan mencoba mengulanginya," kata Voloshin dikutip BolaStylo.com dari Russia Today.
Perlombaan maraton yang cukup menantang itu adalah bagian dari proyek Voloshin bernama Unfrozen.
Ia ingin meningkatkan kesadaran tentang cerebral palsy, penyakit gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak.
Selain itu, Viloshin juga ingin memberikan bantuan kepada anak-anak yang menderita penyakit celebral palsy.
Viloshin saat ini mengumpulkan uang untuk pengobatan putrinya, Eva, yang juga menderita penyakit celebral palsy.
"Pada saat-saat tersulit, saya memikirkan keluarga saya, yang mengkhawatirkan saya. Dan ketika saya ingin berhenti, saya memikirkan putri kecil saya Eva, yang sedang menunggu bantuan. Yang paling penting saya ingin segera masuk ke sauna saya," ucap Voloshin mengenang perjuangannya saat lari maraton.
Baca Juga: Jalan Kaki 4,5 Km di Tengah Suhu Dingin, Rambut Bocah Asal china Ini Jadi Es, Begini Nasibnya Kini
Aksi nekat ini bukan pertama kalinya yang dilakukan Voloshin dalam kompetisi ekstrerm.
Pada April 2018, ia finis kedua di lomba lari Maraton di Kutub Utara dengan catatan waktu 5 jam 3 menit.
Sedangkan, pada 2014 dia juga berkompetisi di lomba triatlon di Zurich, Swiss, di mana dia berenang sejauh 4 km, bersepeda 180 km, dan berlari 42 km.
Dia juga melakukan free diving, dengan catatan waktu menahan napas selama 6 menit dan 30 detik.
Source | : | Russia Today |
Penulis | : | Aziz gancar Widyamukti |
Editor | : | Muhammad Shofii |