Kini Jadi Pelatih Kepala Bulu Tangkis Malaysia, Hendrawan Ternyata Pernah Usaha Mati-matian Demi Nama Indonesia

Ananda Lathifah Rozalina Selasa, 18 Februari 2020 | 17:03 WIB
Mantan pemain bulu tangkis Indonesia, Hendrawan (BADMINTON INDONESIA)

 

Hendrawan lolos bersama Taufik Hidayat dan Marlev Mainaky.

Berlaga di Olimpiade, Hendrawan pun merasakan hal yang luar biasa.

Ia sadar jika Olimpiade Sydney akan jadi yang pertama dan terakhirnya.

Hendrawan menemukan jika musuh terbesar dari Olimpiade bukan soal lawan, tapi bagaimana kita bisa mengatur diri sendiri.

"Saya sadar kalau waktu saya tidak lama, saya harus bisa atur peak performance saya di kejuaraan penting, termasuk olimpiade. Kenapa pressure di olimpiade besar sekali? Karena kalau nggak berhasil ya nunggu empat tahun lagi. Musuh terbesar di olimpiade itu adalah situasi dan kemauan kita. Kalau terlalu mau juga nggak boleh, harus semangat, tapi tidak boleh menggebu-gebu, mengatur ini yang nggak gampang," ungkap Hendrawan.

Dengan segala usahanya kala itu, Hendrawan berhasil masuk final meski tak menggondol emas.

Hendrawan meraih medali perah usai kalah dari pebulu tangkis China, Ji Xinpeng 4-15, 13-15 (red : kala itu sistem poin tidak rally seperti sekarang).

Meski berhasil meraih perak, Hendrawan mengaku merasa gagal karena tak berhasil memenuhi tradisi membawa pulang emas.

"Di Indonesia, medali perak, perunggu itu artinya gagal, karena tradisi kita emas olimpiade. Saya sendiri memang merasa gagal," tuturnya.

Saat bercerita apda teman cabang olahraga lain, Hendrawan diberi motivasi untuk tidak boleh berpikir begitu.

"Waktu cerita dengan teman di cabor lain, dia bilang saya tidak boleh berpikir begitu, karena kita adalah olympian, masuk olimpiade saja nggak gampang, apalagi dapat medali," lanjutnya.

Tapi, bulu tangkis berbeda dari cabor lain, emas adalah tradisi yang mengukur kesuksesan berkompetisi di Olimpiade.



Source : badmintonindonesia.org
Penulis : Ananda Lathifah Rozalina
Editor : Ananda Lathifah Rozalina
Video Pilihan