Cerita Mengerikan 16 Orang Anggota Tim Rugby, Terpaksa Jadi Kanibal Demi Betahan Hidup

Ananda Lathifah Rozalina Jumat, 22 Mei 2020 | 18:00 WIB
tim rugby yang terpaksa jadi kanibal demi bertahan hidup di pegunungan bersalju (National Geographic)

BolaStylo.com - Sebuah cerita mengerikan dialami oleh 16 anggota tim rugby yang terpaksa jadi kanibal selama hampir dua bulan.

Kejadian tersebut terjadi pada tahun 1972 silam.

Tepatnya pada 13 Oktober 1972 ketika pesawat Angkatan Udara Uruguay 571 membawa tim rugby Uruguat, teman-teman mereka dan keluarganya melewati pegunungan Andes menuju Chili.

Nahas, pesawat yang dicharter secara khusus itu justru mengalami kecelakaan akibat cuaca buruk yang berujung pada tragedi mengerikan.

Cerita tersebut diungkap oleh dua orang korban bernama Roberto Canessa dan Nando Parrado yang selamat dari tragedi tersebut.

Menurut keterangan kedua korban, dari 45 penumpang ada 17 anggota tim rugby asal Uruguay.

Canessa dan Parrado saat itu tidak memiliki firasat apapun pada awalnya, mereka masih bisa tersenyum sebelum terbang.

Menurut Canessa perjalanan udara kala itu sangata berat sehingga jarak pandang hampir nol dan pilot terpaksa terbang dengan instrumen.

Pesawat kemudian menabrak puncak pegunungan Andes dan menyebabkan bagian sayap pesawat robek.

Pesawat pun terjatuh dan mengakibatkan beberapa penumpang meninggal seketika.

Menurut keterangan Canessa, dari 45 penumpang ada 20 orang lebih yang selamat dari kecelakaan pesawat, namun 8 dari mereka kembali menjadi korban karena longsoran salju pada suatu malam.

Meski selamat dari kecelakaan, hal mengerikan justru menanti para korban.

Pasalnya, mereka terdampar pada kondisi suhu dingin di atas pgunungan Andes.

Rasa dingin menjadi masalah berikutnya, karena mereka tentu tak menyiapkan baju hangat untuk bertahan hidup dan serpihan pesawat hanya memberikan sedikit perlindungan.

Selain masalah suhu dingin, mereka harus berjuang melawan kelaparan dan kehausan, mengingat persediaan makanan juga tak memadai dan tidak ada hewan atau tumbuhan yang bisa dijadikan makanan darurat.

Untuk masalah air minum, salah satu penumpang selamat yang cerdas mencarikan es dengan menggunakan alumunium agar mendapatkan air minum.

Sementara itu, masalah kelaparan masih terus mendera mereka sementara tidak ada tanda-tanda akan ada orang yang menyelamatkan mereka.

Di tengah kondisi kelaparan yang mendera, mereka akhirnya membuat keputusan berat diambil.

Awalnya para korban selamat itu ragu, tapi akhirnya mereka mengambil keputusan untuk bertahan hidup dengan memakan mayat para korban lain yang telah meninggal dunia.

Sementara itu baik pihak Chili maupun Uruguay saat itu memprediksi jika mustahil manusia bisa bertahan di pegunungan Andes sehingga mereka menghentikan pencarian korban setelah 11 hari meski pihak keluarga masih berusaha melanjutkan pencarian.

Penghentian pencarian itu membuat para korban harus berusaha bertahan hidup hampir dua bulan lamanya atau 60 hari dengan memakan bangkai manusia.

Setelah berjuang 60 hari untuk hidup, Canessa mendekati Parrado untuk berusaha mencari bantuan dengan turun gunung.

Kemudian beberapa orang pun melakukan perjalanan turun gunung untuk menemukan bantuan tanpa alat bantu apapun seperti kompas.

Selama perjalana, Parado sudah pasrah dan merasa jika itu adalah perjalanan menuju kematian mereka.

Namun, keajaiban datang saat mereka bertemu seorang pria dan meminta bantuan padanya pada 20 Desember 1972.

Bantuan pun akhirnya datang untuk pertama kali, dan pada 22 Desember 1972 helikopter pertama mencapai lokasi dan berusaha mengevakuasi korban.

Total, masih ada 16 orang yang selamat dari kecelakaan mengerikan itu.

Setelah selamat, Canessa membicarakan apa yang dilakukannya pada keluarga para korbanyang meninggal dan terpaksa mereka makan.

Ia ingin mengatakan secara jujur apa yang dilakukannya di sana.

Memahami apa yang terjadi, keluarga korban memahami dan mengatakan tak masalah karena kedaan memang terpaksa.

Canessa kini telah menjadi seorang ahli jantung anak dan menjalani kehidupannya.

Ia membagi sedikit jika kala itu yang memotivasinya adalah keluarganya.

Kala itu ia memikirkan keadaan keluarganya, hal itulah yang membuatnya bisa bertahan hidup meski dengan susah payah.

"Dalam situasi sejenis ini, itu bukan tentang bagaimana kamu bertahan hidup tapi mengapa kamu bertahan hidup," tutur Canessa.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaStylo (@bolastylo) on

 



Source : independent,Surya
Penulis : Ananda Lathifah Rozalina
Editor : Ananda Lathifah Rozalina
Video Pilihan