BolaStylo.com - Mantan pelatih Timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini mengaku pernah diminta mengatur skor pertandingan dalam kariernya.
Fakhri Husaini kini dikenal sebagai salah satu mantan pelatih Timnas Indonesia level usia yang berprestasi.
Pada saat melatih Timnas U-16 Indonesia era Bagus Kahfi dkk, Fakhri sukes mempersembahkan trofi juara Piala AFF U-16 2018.
Melihat prestasinya tersebut, ia pun dipercaya memegang Timnas U-19 Indonesia dengan anggota skuat yang tak jauh beda.
Meski kini tak lagi menjabat sebagai pelatih Timnas U-19 Indonesia, namanya masih diharapkan kembali mengisi posisi tersebut.
Terlepas dari kiprah menawannya sebagai pelatih tim sepak bola, Fakhri Husaini ternyata punya pengakuan mengejutkan dalam kariernya.
Pleatih yang dulunya juga pemain sepak bola itu mengaku pernah diminta mengatur skor saat dirinya masih aktif sebagai pemain.
Hal tersebut diungkapkan Fakhri saat menjadi tamu di kanal Youtube Hanif Sjahbandi dan Rendy Juliansyah.
Fakhri menceritakan jika hal itu terjadi beberapa waktu silam saat ia masih aktif sebagai pemain.
Kala itu, ia diminta pelatihnya untuk mengatur skor saat bermain.
"Kalo saya diminta pelatih, disuruh atur skor pertandingan, saya sudah pernah," ucap Fakhri dalam video Youtube Hanif & Rendy Show.
Mendengar perintah untuk berbuat kotor, Fakhri pun dengan tegas menolaknya.
"Saya sampaikan kepelatih itu, 'Kalau kamu pasang saya, saya akan buat gol. Saya tidak peduli tim ini menang. Kalau kalian mau atur-atur, jangan mainkan saya',"tambahnya.
Penolakan Fakhri itu akhirnya membuatnya diganti di babak kedua.
"Akhirnya kesepakatan itu, saya dikeluarkan di babak kedua. Ya terserah, kalau babak kedua mau diatur-atur saya terserah yang penting saya nggak ikut main," jelasnya.
Terkait alasan mengapa pelatih yang kini berusia 54 tahun itu menolak, ia menjelaskan jika baginya pengaturan skor adalah sebuah dosa besar.
Pasalnya, mengatur skor berarti mengkhianati para suporter yang sudah datang menonton dengan berbagai perjuangannya masing-masing.
"Buat saya dosa yang paling besar adalah ketika kita mengkhianati penonton yang datang ke stadion, kemudian kita sudah tahu hasil pertandingan itu seperti apa," ujarnya.
"Ini pengkhianatan yang luar biasa, ini kejahatan yang luar biasa. Terbayang nggak kita bahwa penonton itu mungkin tidak semua orang kaya. bisa jadi untuk membeli tiket Rp 20.000 itu dia kerja dua hari dua malam."
"Bisa jadi dia untuk nonton sama keluarganya dia seminggu banting tulang, tapi di tengah lapangan kita bermain sandiwara," sambung Fakhri.
Pengaturan skor memang hal yang sudah marak di Indonesia, dan menurut Fakhri sulit bagi pemain untuk menghindari situasi semacam itu.
Menurutnya, hanya beberapa pemain berjiwa kuat saja yang sanggup menolak praktek kotor tersebut.
Baca Juga: Coba Letakkan Bawang Putih di Telinga dan Rasakan Manfaat yang Bikin Kaget Ini