BolaStylo.com - Memenuhi kebutuhan protein yang terlalu berlebihan justru meningkatkan resiko kerusakan salah satu organ tubuh vital pada manusia.
Memang benar memenuhi kebutuhan protein harian sangat penting dilakukan oleh semua orang, terutama yang masih dalam masa pertumbuhan.
Namun dalam prosesnya, memenuhi kebutuhan protein juga harus paham batasannya.
Pakar Gizi Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc menjelaskan bahwa tubuh hanya perlu sekitar 10-35 persen dari total kalori konsumsi harian masing-masing.
"Di Indonesia (memenuhi 10-35 persen protein sudah bagus, 35 persen masih aman tapi bagi bayi, anak, dan dewasa harus dihitunmg masimal protein yang masuki," kata Saptawati.
Bagi anak dan remaja, kecukupan protein berkualitas juga berdampak pada pertumbuhan.
Namun kadang kala, terdapat segelintir orang yang 'memburu' protein dalam setiap porsi makan mereka untuk mendapat asupan protein sebanyak-banyaknya setiap hari.
Baca Juga: Konsumsi Suplemen Klorofil, Apakah Aman?
Hal itu biasanya dilakukan oleh orang yang ingin membentuk badan karena protein berperan penting dalam mineralisasi tulang dan memelihara otot.
Tahukah Anda? Ternyata asupan protein yang melebihi kecukupan tidak dianjurkan karena justru bisa merusak tubuh.
Menurut Saptawati, kasus ini sering terjadi di Indonesia di mana kelebihan asupan protein membuat kerja organ tubuh bekerja ekstra hingga menyebabkan gangguan fungsi.
Terdapat beberapa gangguan ringan seperti rasa tidak nyaman atau mual di perut karena terlalu banyak mencerna protein.
Baca Juga: Konsumsi Suplemen Klorofil, Apakah Aman?
Selain itu, kelebihan asupan protein juga menyebabkan gangguan berat pada usus, hati dan ginjal.
Asam amino dari protein yang sudap diserap usus akan didistribusikanm ke seluruh tubuh oleh hati.
Ketika asupan proten tak wajar (terlalu banyak), hati akan kerepotan sehingga sel-selnya bekerja terlalu berat dan lama-lama akan rusak.
Parahnya, hal ini menyebabkan gangguan pada usus dan fungsi hati juga terganggu serta yang lebih parah terjadi pada organ ginjal.
Ginjal menjadi tempat pembuangan sisa-sisa protein yang telah dicerna oleh tubuh.
Asupan protein yang berlebih hanya akan membuat ginjal bekerja ekstra dan kesulitan menyaringnya.
Pada akhirnya, saringan pada ginjal akan bocor dan membuat protein keluar melalui air kencing.
Baca Juga: Jangan jadi Kebiasaan, 4 Makanan Ini Tak Baik untuk Sarapan
Parahnya, jika hal ini terjadi maka ginjal tidak akan bisa menyaring protein bahkan dalam jumlah sekecil apapun.
"Seharusnya kencing itu tidak ada protein, lama-lama bahkan enggak usah kebanyakan protein, semua protein akan bocor karena ginjal sudah bocor," tutur Saptawati.
Oleh karena itu, pastikan asupan protein sesuai dengan kebutuhan harian yang diperlukan tubuh.
Pada dasarnya, tubuh membutuhkan 2000 asupan kalori tiap harinya.
Jadi usahakan mengonsumsi protein minimal 10-30 persennya saja, atau sekitar 200 kalori dari sumber makanan berprotein.
Baca Juga: Wah! Siapa Sangka Air Rebusan Daun Jeruk Purut Ampuh Atasi Flu Hingga Bau Mulut
Source | : | kompas |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Reno Kusdaroji |