BolaStylo.com - Terdapat permasalahan kompleks yang membuat penyerang timnas Indonesia kurang tajam dalam mencetak gol di Piala AFF 2020.
Salah satu permasalahan fatal dari penyerang tengah timnas Indonesia di Piala AFF 2020 ialah kurang tajam dalam mencetak gol.
Seperti diketahui, pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong membawa empat striker untuk tampil di Piala AFF 2020.
Mereka di antaranya, Ezra Walian, Dedik Setiawan, Kushedya Hari Yudo, dan Hanis Saghara.
Meski timnas Indonesia menjadi tim tersubur dengan koleksi 20 gol, hanya satu penyerang tengah yakni Ezra Walian seorang yang mampu mencetak gol.
Catatan Ezra Walian pun terbilang tidak mengesankan karena hanya mampu mencetak dua gol dari enam laga di Piala AFF 2020.
Shin Tae-yong sendiri tampak mengamini bahwa 'penyerang timnas Indonesia tak setel' lewat beberapa keputusan mencoloknya.
Baca Juga: Bukti Nyata Shin Tae-yong Bikin Timnas Indonesia Jadi Kandidat Juara Piala AFF U-23 2022
Terlihat, Shin Tae-yong tak hanya sekali mengganti seorang penyerang dua kali dalam satu pertandingan.
Seperti saat melawan Malaysia, Hari Yudo yang masuk pada menit ke-64 menggantikan Ezra Walian ditarik keluar lagi pada injury time demi memasukan Hanis Saghara.
Meskipun bisa saja hal itu dilakukan sebagai bagian dari strategi mengulur waktu, mengingat timnas Indonesia unggul 4-1 atas Malaysia.
Namun pada semifinal pertama kontra Singapura, Ezra Walian yang masuk pada awal babak kedua hanya bermain 33 menit sebelum diganti lagi oleh Hanis Saghara.
Baca Juga: Piala AFF U-23 2022 - PSSI Antisipasi Kabar Buruk Bagi Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia
Adapun Shin Tae-yong melakukan pergantian pemain yang serupa kembali saat leg kedua final melawan Thailand.
Waktu itu, Dedik Setiawan diganti oleh Hanis Saghara pada menit ke-59 namun 5 menit jelang waktu normal usai ia digantikan lagi oleh pemain gelandang, Abimanyu.
Usai kompetisi berakhir, STY sendiri mengklaim bahwa para penyerang timnas Indonesia belum tampil maksimal hingga disebut sebagai titik lemah skuat Garuda.
Menurut Shin Tae-yong, akar permasalahan ini begitu kompleks karena berawal dari klub-klub Liga 1 Indonesia lebih suka mengandalkan penyerang asing.
Baca Juga: Beda Nasib dengan Indonesia, Ini Ranking FIFA Malaysia Usai Piala AFF 2020
Hal tersebut berimbas dalam perkembangan penyerang lokal menjadi sulit mendapatkan waktu bermain untuk menambah jam terbang.
Terkait masalah ini, tentu saja solusinya ialah klub-klub di Liga 1 perlu lebih mempercayakan penyerang lokal untuk sering mendapatkan kesempatan tampil.
Namun dalam prakteknya, hal itu adalah sesuatu yang sangat sulit terjadi.
Seorang pengamat sepak bola Tanah Air, Weshley Hutagalung pun menjelaskan mengapa hal ini tak semudah membalikkan telapak tangan.
Baca Juga: Saat Pelatih Thailand Dibuat Terkesan dengan Kemampuan Pemain Indonesia, Begini Komentarnya
Menurut Weshley, perlu adanya sinergi antara seluruh elemen sepak bola Tanah Air dari federasi hingga klub untuk mewujudkan siklus seperti itu.
"Kita tak memberi banyak perang bagi striker lokal di klub, bergantung kepada striker asing tetapi berharap ada striker bagus di timnas. Sudah juga." tegasnya.
"Ini yang harus dibicarakan banyak orang, pelatih, asosiasi pelatih, federasi, dan klub." jelas mantan pemimpin redaksi tabloid Bola dan Bolasport itu.
Weshley khawatir jika permasalahan seretnya penyerang timnas Indonesia tak segera diatasai, maka berpotensi menurunkan ambisi pemain muda untuk menjadi penyerang.
Baca Juga: Mantan Penyerang Unggulan Timnas Indonesia Buka Suara Soal Pemain Muda Garuda!
"Mungkin anak-anak muda kita kemungkinan jadi tidak ingin bermain di posisi striker karena bita tak mendapat waktu bermain di klub senior." lanjutnya.
"Mereka bisa jadi lebih ingin bermain sebagai pemain sayap atau gelandang. Lalu makin minim striker yang akan lahir.
"Apakah akan ada kebijakan tertentu? Klub memberikan waktu lebih bagi striker Indonesia agar timnas tak kesulitan memilih penyerang bagus." pungkasnya.