Media Ternama Marca Soroti Tragedi Kanjuruhan Malang, Masuk dalam Daftar Bencana Kerumunan Terburuk

Reno Kusdaroji Minggu, 2 Oktober 2022 | 14:45 WIB
Tragedi Kanjuruhan (Suci Rayahu/Bolasport.com)

BOLASTYLO.COM - Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang setelah berakhirnya laga Arema FC vs Persebaya Surabaya mendapat sorotan tajam dari media ternama dunia.

Salah satunya ialah media ternama asal Spanyol Marca, yang ikut menyoroti tragedi Kanjuruhan Malang.

Dilansir dari Quipio, Marca melaporkan tragedi tersebut dengan judul, "Perkelahian sepak bola Indonesia: Meneliti Bencana Kerumunan terburuk dalam ingatan baru-baru ini".

Mereka menyoroti tragedi yang terjadi di Kanjuruhan pada kemarin Sabtu (1/10/2022) malam WIB termasuk dalam daftar bencana kerumunan yang terburuk.

Hal itu tak lepas dari jumlah korban yang berjatuhan setelah insiden anarkis di Kanjuruhan tak terhindarkan.

Semua bermula setelah tuan rumah Arema FC mengakhiri laga bertajuk derbi Jawa Timur dengan kekalahan 2-3 dari rival abadinya, Persebaya Surabaya.

Hasil ini menjadi sejarah baru, sebab pertama kalinya Persebaya meraih kemenangan atas Arema di Stadion Kanjuruhan setelah 23 tahun lamanya.

Hal itu yang membuat kekalahan terasa sangat menyakitkan bagi kubu tuan rumah, termasuk para penggemar yang menyaksikan langsung pertandingan.

Alhasil, para suporter yang kecewa menerobos masuk ke lapangan untuk meluapkan perasaannya secara langsung kepada para pemain dan official Arema FC.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Perintahkan Insiden Mematikan di Kanjuruhan Diusut Tuntas!

Beruntung saat para Aremania turun ke lapangan, para pemain Persebaya Surabaya sudah lebih dulu berlari ke ruang ganti.

Setelah semakin banyak suporter yang turun ke lapangan, para pemain Arema FC pun menyusul tim lawan ke ruang ganti.

Naasnya setelah itu, bentrokan tak terelakan antara para suporter dan pihak kepolisian yang mencoba mengamankan kondisi dan situasi supaya menjadi kondusif kembali.

Situasi di dalam Stadion Kanjuruhan semakin kacau saat kericuhan terjadi.

Terlebih lagi, pihak keamanan menembakkan gas air mata ke bagian bawah pagar pembatas.

Tragisnya, asap gas air mata itu mengarah ke tribun dan mengepul di sisi selatan. Disinyalir menjadi penyebab fans sesak napas dan pingsan bahkan memakan korban jiwa.

Dilaporkan, korban jiwa telah mencapai 127 orang dan masih banyak korban lainnya yang dirawat di rumah sakit.

Korban jiwa yang berjumlah ratusan inilah yang menjadi sorotan tajam dari Marca.

Berikut laporan Marca yang mengatakan tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022 sebagai salah satu bencana kerumunan terburuk belakangan ini.

Baca Juga: Pilu, Tragedi Kelam Kanjuruhan Menjadi Nomor 2 Terbesar di Dunia?

"Setelah para penggemar menyerbu lapangan pada pertandingan sepak bola profesional Indonesia Sabtu malam, polisi menembakkan gas air mata untuk menghentikan perkelahian habis-habisan.

"Dan kepanikan meletus, yang mengakibatkan setidaknya 129 kematian karena terinjak-injak oleh orang-orang yang mencoba keluar dari stadion.

"Insiden itu terjadi di Stadion Kanjuruhan di provinsi Jawa Timur saat pertandingan antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang.

"Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan dan lainnya selama perawatan.

"Korban tewas diperkirakan akan terus bertambah karena hampir 200 korban yang terluka terus memburuk dalam kesehatan," tulis laporan Marca.

Tragedi Kanjuruhan ini menjadi salah satu catatan terkelam dalam sejarah sepak bola Indonesia.

Sehingga, PSSI pun langsung mengambil langkah tegas untuk menindaklanjutinya.

"Untuk sementara kompetisi Liga 1 2022-2023 kami hentikan selama satu pekan," kata Mochamad Iriawan dikutip dari laman resmi PSSI, Minggu (2/1/2022) dini hari WIB.

"Tim Arema FC dilarang menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi ini," jelasnya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Berakhir Mencekam, Begini Nasib Rombongan Tim Persebaya

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaStylo (@bolastylo)



Source : Marca.com
Penulis : Reno Kusdaroji
Editor : Reno Kusdaroji
Video Pilihan