BOLASTYLO.COM - Penyerang Arema FC, Abel Camara ceritakan detik-detik tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan suporter meninggal dunia.
Tensi tinggi pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya memang sudah dirasakan Abel Camara sepekan sebelum laga digelar.
Pemain asal Guinea-Bissau memang baru musim ini bermain di Indonesia, namun ia memahami benar bagi suporter duel tersebut sebagai laga hidup mati.
"Ini pertandingan derbi klasik dan sepekan sebelumnya ketegangannya sudah terasa," ucap Abel dikutip dari media Portugal, Maisfutebol, Minggu (2/10/2022).
"Bahwa pertandingan ini bukan sekadar mencari tiga angka. Bagi mereka (suporter), pertandingan ini semacam urusan hidup dan mati bagi mereka.
Baca Juga: Bermodal Positive Thinking PSSI dan PT LIB, Ratusan Jiwa Melayang
"Kami boleh kalah dari tim mana saja, kecuali yang ini," imbuhnya.
Dan benar saja, kekalahan Arema FC di kandang membuat rasa kekecewaan suporter tak terbendung hingga nekat turun ke lapangan pertandingan.
Camara memahami benar kekecewaan suporter, ia pun mencoba menghampiri penonton untuk meminta maaf meskipun kondisi berubah menjadi brutal.
Tak sampai di situ, Abel Camara juga menjadi saksi mata bagaimana gas air mata masuk ke dalam stadion hingga ke ruang ganti pemain.
Baca Juga: Pengakuan Aremania Seperti Dibantai di Dalam Stadion Kanjuruhan
Bahkan karena kondisi tersebut ada tujuh hingga delapan suporter yang meninggal dunia di depan matanya saat itu.
"Pertandingan berlangsung tegang. Ketika kami kalah, kami meminta maaf kepada suporter. Mereka mulai memanjat pagar pembatas, kami segera menuju ruang ganti," ujar Abel.
"Kemudian kami mendengar suara tembakan dan orang-orang yang berdesakan. Di ruang ganti ada beberapa orang yang terkapar akibat terkena gas air mata.
"Mereka meninggal di hadapan kami. Ada sekitar tujuh hingga delapan orang yang meninggal," imbuhnya.
Baca Juga: Rekap Hasil Vietnam Open 2022 - Ganda Campuran Indonesia Juara, Malaysia Sengsara
Selama berjam-jam Abel Camara dihadapkan dengan kengerian itu, sebelum bisa keluar dari ruang ganti pemain.
Di situlah Abel Camara kembali mendapati momen memilukan, kondisi yang tidak seharusnya terjadi dalam suatu pertandingan sepak bola.
"Kami bertahan di ruang ganti sekitar tiga hingga empat jam sebelum petugas mengusir orang-orang keluar," kata Camara.
"Ketika kami pergi dan situasi sudah lumayan mereda, kami melihat darah, sepatu, pakaian berceceran di stadion. Ada juga bus dan mobil polisi yang terbakar." imbuhnya.
Source | : | Kompas.tv |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |