BOLASTYLO.COM - Pelatih Arema FC, Javier Roca merasa hancur saat melihat ada suporter yang meninggal dipelukan pemainnya saat terjadinya tragedi Kanjuruhan.
Javier Roca terserang mentalnya usai melihat tragedi Kanjuruhan yang terjadi setelah tim asuhannya, Arema FC menelan kekalahan 2-3 dari tim tamu Persebaya Surabaya.
Hal tersebut disampaikan Javier Roca saat melakukan wawancara dalam program Carrusel Deportivo yang disiarkan di radio Spanyol, Cadena Ser, Minggu (2/10/2022).
Pelatih asal Chile itu merasa bertanggung jawab atas tragedi mengenaskan yang menewaskan lebih dari 125 orang dan 300 lainnya terluka.
Sebab menurutnya, tragedi Kanjuruhan tidak akan terjadi jika ia mampu membawa Arema FC setidaknya bermain imbang melawan Persebaya Surabaya.
"Saya hancur secara mental, saya merasakan beban yang sangat berat bahkan tanggung jawab," kata Javier Roca.
"Hasil menentukan apa yang terjadi pada akhir pertandingan (kerusuhan).
"Jika kami imbang, ini tidak akan terjadi," sesalnya.
Baca Juga: Bos Arema FC: Sanksi Memberatkan, Nggak Ada Pemasukan dari Tiket dan Sponsor Bakal Komplain
Kerusuhan memang terjadi karena kekecewaan Aremania, suporter Arema FC karena timnya menderita kekalahan dari rival abadinya, Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Mengingat, laga akhir pekan kemarin merupakan kekalahan perdana Arema FC dari Persebaya di Stadion Kanjuruhan sejak 23 tahun terakhir.
Adapun Javier Roca sendiri baru mengetahui kejadian tragis di dalam stadion setelah konferensi pers, di mana ia melihat para pemain Arema membantu para korban.
Pelatih asal Chile itu mengatakan bahwa ada penonton yang meninggal dalam pelukan pemainnya.
Hal ini yang membuatnya hancur karena ia tak pernah menyangka hasil pertandingan akan sangat berpengaruh menjadi tragedi.
"Kami tidak pernah menyangka ini akan terjadi karena pemain memiliki hubungan yang bagus dengan para penggemar," kata Javier Roca.
"Saya pergi ke ruang ganti dan beberapa pemain tetap berada di lapangan.
"Ketika saya kembali dari konferensi pers, saya melihat tragedi dalam stadion.
"Para pemain lewat dengan membawa korban di tangan mereka.
Baca Juga: Hari Ini Akan Dicari Siapa Tersangka di Balik Tragedi Kanjuruhan
"Yang paling mengerikan saat korban masuk (ke ruang ganti) untuk dirawat oleh tim dokter," jelasnya.
"Sekitar 20 orang masuk dan empat meninggal, ada yang meregang nyawa di pelukan pemain.
Tragedi bermula saat sejumlah Aremania turun ke lapangan setelah pertandingan berakhir.
Polisi yang mencoba menertibkan kerusuhan pun menembakkan gas air mata di dalam lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas.
Suporter yang bertumbangan membuat kepanikan di area stadion dan berebut mencari jalan keluar.
Jumlah suporter yang membutuhkan bantuan medis tak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Alhasil, para suporter itu banyak yang mengeluh sesak napas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion.
Sejauh ini, kerusuhan yang terjadi mengakibatkan 125 korban meninggal dunia dan 180 korban luka-luka lainnya yang masih mendapat perawatan.
Per minggu (2/10/2022) malam WIB, data korban meninggal tersebut sudah dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang setelah sinkronisasi data.
Baca Juga: VIDEO - Iwan Bule Buka Konferensi Pers: Hadirin yang Berbahagia
Source | : | Kompas.com,Cadena Ser |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Reno Kusdaroji |