BOLASTYLO.COM - Pengamat sepak bola Indonesia, Anton Sanjoyo menyampaikan pesan kepada Presiden RI, Joko Widodo untuk menemukan solusi supaya tragedi Kanjuruhan tak terulang.
Sebab menurut pengamatannya, kejadian serupa seperti tragedi Kanjuruhan terus berulang sejak 1994.
Ketika pertama kalinya Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Liga Pro.
Sejak saat itu, dia menilai induk sepak bola tanah air tidak pernah memperhatikan hal-hal terkait keamanan sepak bola, salah satunya edukasi suporter.
"PSSI tidak pernah mendidik suporter untuk menerima kekalahan," kata Anton Sanjoyo dikutip BolaStylo dari Kompas.com.
"Tak pernah ada usaha-usaha yang cukup dari PSSI untuk membuat sepak bola ini tumbuh dari akar rumput ke liga profesional itu dengan upaya mendidik.
Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa PSSI harus bisa menemukan solusi strategis sebelum kompetisi kembali bergulir.
Terkait hal itu, Anton Sanjoyo pun ikut menyampaikan pesannya kepada Presiden Jokowi.
"Saya juga minta ke Presiden Jokowi untuk menghentikan, moratorium dulu lah sepak bola nasional," kata Anton Sanjoyo.
Baca Juga: 2 Fakta Mengejutkan Sebelum Tragedi Kanjuruhan Terjadi, Sudah Ada 6 Korban Jiwa!
"Sampai ada solusi yang strategis dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan oleh pengelola sepak bola, utamanya PSSI dan pihak keamanan.
"Serta tentu saja pemerintah supaya sepak bola ke depan bisa lebih aman, itu saja," jelasnya.
Terkait hal ini, Presiden Jokowi sendiri sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.
Presiden Jokowi memerintahkan Listyo Sigit Prabowo untuk menginvestigasi kerusuhan yang menewaskan ratusan orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
"Khusus kepada Kapolri, saya minta investigasi dan mengusut tuntas kasus ini," kata Presiden dalam keterangan pers di Instana Kepresidenan Bogor, Minggu (1/10/2022).
Untuk kelancaran evaluasi dan investigasi dari kepolisian, Jokowi pun memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi selesai.
Terutama, untuk dilakukan perbaikan terhadap prosedur pengamanan.
"Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di Tanah Air," kata Presiden Joko Widodo.
"Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang," tegasnya..
Baca Juga: Hancur Hingga Kena Mental, Pelatih Arema FC Merasa Jadi Penyebab Terjadinya Tragedi Kanjuruhan!
Adapun kerusuhan terjadi seusai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Tragedi Kanjuruhan itu terjadi akibat tuan rumah Arema FC menelan kekalahan 2-3 dari rival abadinya, Persebaya Surabaya.
Mengingat ini merupakan kekalahan pertama Arema di Kanjuruhan dalam laga bertajuk Derby Jawa Timur itu, para fans yang kecewa pun turun ke lapangan meluapkan emosi.
Polisi yang mencoba menertibkan kerusuhan pun menembakkan gas air mata di dalam lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas.
Suporter yang bertumbangan membuat kepanikan di area stadion dan berebut mencari jalan keluar.
Jumlah suporter yang membutuhkan bantuan medis tak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Alhasil, para suporter itu banyak yang mengeluh sesak napas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion.
Sejauh ini, kerusuhan yang terjadi mengakibatkan 125 korban meninggal dunia dan ratusan korban luka-luka lainnya yang masih mendapat perawatan.
Per minggu (2/10/2022) malam WIB, data korban meninggal tersebut sudah dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang setelah sinkronisasi data.
Baca Juga: 2 Fakta Mengejutkan Sebelum Tragedi Kanjuruhan Terjadi, Sudah Ada 6 Korban Jiwa!
Source | : | Kompas.com,Antaranews.com |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Reno Kusdaroji |