"Seseorang tidak akan membuang nama ayahnya tanpa alasan, dan Virgil memiliki landasan yang jelas berkaitan dengan apa yang ia rasakan," imbuhnya.
Bagi Steven Fo, Ron tidak memiliki andil besar dalam pertumbuhan Virgil hingga sosoknya menjadi bintang sepak bola dunia.
Baca Juga: Mohamed Salah Cosplay, Netizen: Selamat Ulang Tahun Makka
Meski demikian, salah satu hal yang tidak ia tampik adalah Ron pernah mengantar jemput Virgil ketika ia berlatih di tim sepak bola lokal Kota Breda, WD 19.
Tak mau hanya mengandalkan sang ibu, praktis membuat Virgil van Dijk turun tangan untuk bekerja demi meringankan beban ibunya.
Virgil pernah menjadi tukang cuci piring di restoran bernama Oncle Jean di Kota Berada ketika masih berusia 16 tahun.
Disaat yang bersamaan ia tengah bergabung dengan salah satu akademi sepak bola, Willem II sekitar 11 tahun yang lalu.
Baca Juga: Jadwal Liga Inggris 2019-2020 Pekan ke-9 Live TVRI, Klub Ini Bisa Kalahkan Liverpool!
"Sebelum saya bergabung (dengan Groningen-red), ketika berusia 15 atau 16 tahun, saya bekerja sebagai pencuci piring di salah satu restoran di Kota Breda," ucap Van Dijk.
"Saya bekerja karena saya ingin pergi ke kota pada Sabtu malam."
"Waktu itu mungkin saya mendapat upah 350 euro (sekitar Rp5,5 juta) setiap bulan dan saya senang memperolehnya," imbuhnya.
Kini, Virgil van Dijk menjadi salah satu pembelian tersukses Liverpool di era Juergen Klopp.
Baca Juga: Pewaris Backhand Smash Taufik Hidayat Bukan dari Indonesia, tetapi Malaysia
Sosoknya memiliki peran vital bagi lini belakang The Reds sejak hijrah dari Southampton Januari 2018 lalu.
Dana sebanyak 76,19 juta poundsterling (sekitar Rp1,3 triliun) rela digelontorkan Liverpool demi mendapat jasa Virgil van Dijk.
Nominal tersebut dibayar tuntas oleh Virgil dengan memberi dua gelar kompetisi internasional, Liga Champions dan Liga Super Eropa.
Source | : | SportFEAT.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR