BolaStylo.com - Salvador Cabanas merupakan salah satu mantan pemain incaran Manchester United yang kariernya hancur dalam sekejap karena sebuah insiden di klub malam
Nama Salvador Cabanas sempat menarik perhatian klub-klub di Eropa salah satunya Manchester United.
Pada 2010 silam, Cabanas sempat menjadi incaran klub berjuluk Setan Merah tersebut.
Sebelum menjadi incaran klub-klub Eropa, Cabanas memulai kariernya di Paraguay dengan bergabung dengan 12 De Octubre yang bermarkas di dekat ibu kota Asuncion.
Tiga tahun setelah debutnya, Cabanas pindah ke Meski dan bergabung dengan Chiapas pada 2003.
Di Meksiko, Cabanas dengan cepat menjadi sorotan dan bisa berpindah ke klub ke Club de Futbol America pada 2006.
Pada musim panas, Cabanas juga berkesempatan membela Timnas Paraguay, namun berakhir hanya menghangatkan bangku cadangan usai Paraguay tersingkir di babak penyisihan grup pada Piala Dunia 2006.
Setelah sempat mengalami hal mengecewakan di Piala Dunia 2006, Cabanas memulai kariernya dengan cemerlang di klub baru.
Cabanas berhasul menjadi pencetak gol yang luar biasa dengan mencetak 96 gol dalam 115 pertandingan bersama Club de Futbol America.
Ia menjadi pencetak gol terbanyak di Copa Libertadores bertuturut di 2007-2008, kala itu ia juga memennagi pengharagaan pesepak bola terbaik Amerika Selatan.
Cabanas menjadi pesepak bola pertama asal Liga Meksiko yang berhasil meraih penghargaan tersebut.
Lewat sederet prestasinya, Cabanas pun dipersiapkan untuk Piala Dunia 2010 dan juga mulai dilirik klub-klub Eropa sekelas Manchester United.
Pada Januari 2010, Cabanas memiliki perjanjian pra-kontrak senilai 1,35 juta poundsterling untuk bergabung dengan Manchester United.
"Ketika semua ini terjadi, saya memiliki perjanjian pra-kontrak sebesar 1,35 juta pounsterling untuk bergabung dengan Manchester United atau klub besar lainnya," cerita Cabanas pada 2014 silam.
Namun, klubnya (Cdf) America berusaha mempertahankannya dengan menawarkan gaji dua kali lipat dan sebuah apartemen untuk membujuknya agar tak pindah.
"Di [CdF] Amerika, saya mendapat gaji dua kali lipat dan mereka memberi saya sebuah apartemen di Acapulco dan satu lagi di Cancun untuk membuat saya tetap di sana," tuturnya.
Saat akhirnya memilih tinggal di klubnya, America dan seolah memiliki dunia di genggamannya, Cabanas bersama istrinya pergi ke sebuah kelab malam di kota Meksiko, Bar bar.
Tak disangka kedatangan Cabanas pada 25 Januari 2010 silam ke klub malam tersebut malah menghancurkan kariernya.
Di klub tersebutlah, Cabanas menjadi korban penembakan saat berada di toilet.
Cabanas ditembak di bagian kepalanya dan dibiarkan hampir mati pada jam 5 pagi.
Beruntungnya, secara ajaib Cabanas berhasil selamat dari insiden mengerikan tersebut meski ia harus mengalami koma selama sepuluh hari.
Dalam sebuah wawancara, pemain yang berposisi sebgaai penyerang itu mengaku sempat bertemu tuhan dan dia diberitahu jika ini belum saatnya untuk mati, dia diminta kembali dan membantu mereka yang membutuhkan.
Di kemudian hari, Cabanas menyatakan kepada BBC jika kondisi fisiknya yang fit mendukung keselamatannya, ia pun mengklaim jika sepak bola menyelamatkan hidupnya.
Adapun orang yang berusaha membunuh Cabanas dikenal di jalan-jalan Mexico City dengan nama 'JJ', Jose Jorge Balderas Garza.
JJ diduga bekerja untuk pembunuh bayaran yang ditakuti yakni Edgar 'Barbie' Valdez Villarreal, yang pada saat penembakan menguasai Los Negros, kartel sayap bersenjata yang menyelundupkan obat-obatan terlarang.
JJ sempat dipenjara pada 2019 atas tuduhan kegiatan kejahatan terorganisir namun tak pernah diadili atas kejahatannya pada Cabanas.
Terlepas dari kondisi pelaku penembakannya, setelah insiden itu Cabanas berusaha kembali merumput, tapi kondisi tak berjalan sesuai keinginannya.
Akhirnya ia pun resmi pensiun pada 2015.
Mirisnya, ia pun sempat dicurangi oleh agennya yang mengambil sejumlah uang darinya.
Meski mengalami banyak hal dari mulai kariernya yang hancur, kondisi fisiknya yang tak bisa seperti dulu dan insiden kecurangan agennya, Cabanas kini telah hidup lebih damai.
Kini dia memiliki profesi baru sebagai pembuat roti dan memaafkan penembaknya yang menghancurkan kariernya.
"Pengampunan harus datang dari hati. Saya telah memaafkan mereka yang menyakiti saya; itu memberi saya kedamaian.
"Saya hanya bisa berterima kasih kepada Tuhan karena memberi saya kesempatan kedua, dan saya terus menikmati hidup saya."
Cabanas mengaku kini menyukai dan menikmati profesinya meski tak lagi berkutat dengan si kulit bundar.
"Saya akan terus bergerak maju. Saya suka pekerjaannya, orang-orang mengenali saya dan bertanya tentang sepak bola. Saya bersenang-senang," ungkap Cabanas.
Source | : | The Sun |
Penulis | : | Ananda Lathifah Rozalina |
Editor | : | Ananda Lathifah Rozalina |
KOMENTAR