BolaStylo.com - Terlalu rajin berolahraga bisa memicu terjadinya efek kecanduan yang pada akhirnya hanya akan membawa beberapa bahaya mematikan di hari tua nanti.
Pada dasarnya, rajin olahraga dapat membawa banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan mental seseorang.
Rajin berolahraga akan membuat tubuh sehat dan kuat, membuat imunitas atau daya tahan tubuh naik yang bagus untuk melawan berbagai virus dan kuman penyakit.
Selain itu, dengan olahraga seseorang akan meningkatkan suasana hati, rasa percaya diri, konsentrasi, kualitas tidur, dan menghilangkan stres hingga depresi.
Bahkan, rajin berolahraga bisa digunakan sebagai sarana untuk mengatasi dan menghilangkan beragam banyak kecanduan seperti narkoba misalnya.
Namun di sisi lain, rajin berolahraga juga ada batasannya.
Pasalnya, terlalu banyak berolahraga bisa menimbulkan kecanduan olahraga yang memicu banyak dampak negatif bagi kesehatan tubuh dan mental seseorang.
Baca Juga: Tegas atau Gertakan? Soal Tendangan Kung Fu, Menpora: Tak Pantas Masuk Timnas!
Terobsesi dengan gaya hidup sehat seperti rajin berolahraga bisa menimbulkan efek negatif seperti kecanduan olahraga.
Sama seperti kecanduan lainnya, olahraga merupakan aktivitas yang bisa menyebabkan pelepasan hormon endorfin.
Hormon endorfin ini yang menyebabkan adiksi pada olahraga dan sensasinya sama seperti kecanduan alkohol dan narkoba sekalipun.
Seorang neuroscientist dari sekolah kedokteran John Hopkins University, David J Linden pun mempertegas bahaya kecanduan olahraga.
Baca Juga: Makan Buahnya & Pakai Kulitnya, Semangka Bisa Jadi Obat Kuat Hingga Masker Wajah
Dilansir dari Kompas, David J Linden mengatakan bahwa orang yang kecanduan olahraga juga memiliki rasa ketagihan, memunculkan gejala seperti putus obat (withdrawal).
Secara umum, ada tiga jenis adiksi yaitu kimia, proses dan psikologi.
Menurut David J Lindend, adiksi pada olahraga termasuk dalam kelainan proses, seperti halnya kecanduan pada judi dan seks.
"Ketika pikiran memaksa kita untuk melakukan tindakan berulang-ulang demi memuaskan dorongan tersebut, itu adalah kelainan," kata Andrew Spanswick, CEO pusat terapi kecanduan alkohol yang mendukung pernyataan David J Linden.
Baca Juga: Memiliki Efek Kecanduan Serupa, Begini Kerja Olahraga Membunuh Narkoba
Seorang yang mengalami gangguan kompulsif untuk berolahraga sering kali mengorbankan kegiatan lain demi berolahraga.
"Mereka mengalami rasa cemasdan dorongan berlebih untuk berolahraga, rasa tersebut tidak dimiliki oleh orang yang normal," imbuhnya.
Masalah yang timbul dari kecanduan olahraga tidak hanya merusak tubuh, tetapi juga akan memicu rasa sakit psikologi.
Pada usia sekitar akhir 30 tahun atau 40 tahun, seseorang yang kecanduan olahraga baru akan merasakan efek dari perilakunya saat muda.
Mereka rawan mengalami nyeri sendi, bahkan penyakit kronis seperti gangguan ginjal, gangguan jantung, kerusakan jantung dan stroke mini.
Penanganan pada orang yang kecanduan olahraga tak jauh berbeda dengan kecanduan lain, misalnya detoksifikasi, penggunaan obat-obatan, sampai terapi perubahan perilaku.
Baca Juga: Memiliki Efek Kecanduan Serupa, Begini Kerja Olahraga Membunuh Narkoba
Dikutip dari Hello Sehat, beberapa mulai mengalami olahraga berlebihan atau kecanduan antara lain.
Baca Juga: 5 Atlet Berparas Cantik yang Curi Perhatian di Olimpiade Tokyo 2020
Rajin berolahraga merupakan salah satu bagian terpenting dari pola hidup sehat.
Namun, berolahraga secara berlebihan bisa memicu kecanduan yang justru berakibat fatal bagi kesehatan tubuh dan mental.
Oleh karena itu, olahraga secukupnya dalam seminggu demi mendapat manfaat dari rajin berolahraga.
Tidak ada aturan pasti terkait durasi olahraga, namun WHO mengatakan orang dewasa yang sehat minimal berolahraga 150 menit per minggu.
Hal itu berarti, seminggu bisa melakukan olahraga sebanyak lima kali dengan durasi 30 menit per hari.
Pada intinya, setidaknya menyediakan satu hari dalam seminggu untuk istirahat dari olahraga yang bisa mengindarkan Anda dari efek kecanduannya.
View this post on Instagram
Source | : | kompas,Hallo Sehat |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Reno Kusdaroji |
KOMENTAR