BOLASTYLO.COM - Pemain spesialis ganda putra Indonesia, Bagas Maulana mengomentari salah satu efek dari regenerasi dan perkembangan dari nomor yang dimainkannya.
Dalam beberapa turnamen terakhir, Bagas Maulana bersama rekannya, Muhammad Shohibul Fikri membentuk kemitraan solid di nomor ganda putra.
Keduanya kini menjadi salah satu dari sekian banyak pasangan unggulan ganda putra Indonesia di turnamen internasional.
Terbukti, mereka telah menempati peringkat ke-18 dunia saat ini sekaligus menjadi ganda putra nomor empat Indonesia.
Setelah menjuarai BWF Internatinonal Series 2019, Fikri/Bagas meraih titel juara Hyderabad Open 2019.
Bahkan pada musim ini, pasangan berakronim Bakri itu meraih medali emas di All England Open 2022 usai mengalahkan seniornya, Ahsan/Hendra di laga final.
Perkembangan Bagas dan Fikri tak lepas dari regenerasi ganda putra Indonesia yang semakin terlihat belakangan ini.
Banyak pasangan muda selain Fikri/Bagas yang mulai mengikuti jejak senior mereka seperti Marcus/Kevin, Ahsan/Hendra dan Fajar/Alfian di peringkat 10 besar.
Selain Fikri/Bagas, masih ada pasangan muda asal Indonesia yang masuk peringkat 20 besar dunia seperti Pramudya/Yeremia (14) dan Leo/Daniel (20).
Baca Juga: Hasil Japan Open 2022 - Batal Perang Saudara, Minions-BaKri Alami Skenario Terburuk
Selain mereka, masih ada juga Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani, Panjer Aji Siloka Dadiara/Bryan Sidney Elohim dll.
Terkait perkembangan ini, Bagas Maulana secara tidak langsung menyuarakan pendapatnya.
Pada dasarnya, tentu saja Bagas Maulana merasa senang. Karena berarti, persaingan di Indonesia berjalan sengit.
Namun di sisi lain, Bagas juga tak bisa memungkiri banyaknya pasangan ganda putra Indonesia terkadang membuat mereka bertemu lebih cepat di sebuah turnamen.
Sebab pada turnamen BWF tour dengan level super 500 ke bawah, mereka bisa bertemu lebih cepat dengan rekan senegaranya yang peringkatnya di bawah mereka.
Sementara pada turnamen BWF tour dengan level super 750 atau 1000, mereka akan menjadi non unggulan dan berpeluang melawan senior-seniornya.
Bagas benci jika harus bertemu sesama pasangan Indonesia di babak pertama, karena itu berarti salah satu dari mereka harus tumbang lebih cepat di babak awal.
Hal itu terkadang membuatnya merasa tidak enak dan mengganjal di hatinya.
"Rasanya gak enak, karena udah ketemu di awal tuh ga enak aja," kata Bagas Maulana dilansir BolaStylo dari PB Djarum.
"Karena nanti dari Indonesia udah langsung ada yang kalah di babak pertama," jelasnya.
Bagas bisa berkata demikian karena memang sering berjumpa dengan sesama wakil Indonesia pada babak-babak pertama.
Seperti contoh ketika bertanding di Indonesia Masters 2022 bulan Juni lalu.
Bagas/Fikri harus berjumpa dengan rekan satu negaranya, Sabar/Reza di babak pertama.
Setelah berjuang hingga 3 gim, Bagas/Fikri harus mengakui keunggulan dari rekan satu negaranya.
Kekalahan itu yang mengantarkan Bagas/Fikri harus terjungkal di babak pertama Indonesia Masters 2022.
Contoh lainnya juga terjadi saat mereka bertanding di babak pertama Singapore Open 2022 pada bulan Juli silam.
Tampil di Singapura, Bagas/Fikri harus berjumpa dengan wakil Indonesia di babak pertama yaitu Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Bermain cepat, Ahsan/Hendra hanya butuh dua gim saja untuk menghentikan langkah Bagas/Fikri di gelaran Singapore Open 2022.
Oleh karena itu Bagas/Fikri ingin kembali ke jalur kemenangan dan tampil konsisten setelah mengalami penurunan performa di beberapa waktu terakhir.
Rencananya, agenda turnamen selanjutnya Fikri/Bagas yaitu pada Denmark Open 2022 di bulan Oktober mendatang.
Baca Juga: Minions & The Daddies Kalah! Fikri/Bagas Pasangan Paling Beruntung di Kejuaraan Dunia 2022
View this post on Instagram
Source | : | Tribunnews.com,Pbdjarum.org |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Reno Kusdaroji |
KOMENTAR