Tragedi Kanjuruhan itu terjadi akibat tuan rumah Arema FC menelan kekalahan 2-3 dari rival abadinya, Persebaya Surabaya.
Mengingat ini merupakan kekalahan pertama Arema di Kanjuruhan dalam laga bertajuk Derby Jawa Timur itu, para fans yang kecewa pun turun ke lapangan meluapkan emosi.
Polisi yang mencoba menertibkan kerusuhan pun menembakkan gas air mata di dalam lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas.
Suporter yang bertumbangan membuat kepanikan di area stadion dan berebut mencari jalan keluar.
Jumlah suporter yang membutuhkan bantuan medis tak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Alhasil, para suporter itu banyak yang mengeluh sesak napas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion.
Kerusuhan yang terjadi mengakibatkan 125 korban meninggal dunia dan ratusan korban luka-luka lainnya yang masih mendapat perawatan.
Per minggu (2/10/2022) malam WIB, data korban meninggal tersebut sudah dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang setelah sinkronisasi data.
Tragedi Kanjuruhan menjadi kerusuhan terkelam dalam sejarah sepak bola Indonesia.
View this post on Instagram
Source | : | Antaranews.com |
Penulis | : | Reno Kusdaroji |
Editor | : | Reno Kusdaroji |
KOMENTAR