Kisah Petinju yang Lolos Hidup-hidup dari Kamp Auswitch Nazi, Bertarung Ratusan Kali Demi Pertahankan Nyawa

Ananda Lathifah Rozalina Sabtu, 19 Oktober 2019 | 12:13 WIB
ilutrasi sarung tangan tinju (tribunnews.com)

Lawan Arouch yang dinilai lemah oleh Nazi akan menemui akhir nasibnya masing-masing.

"Yang kalah akan sangat lemah," kata Arouch kepada majalah People pada 1990,

"dan Nazi menembak yang lemah," lanjutnya.

Saat Arouch sibuk berjuang untuk nyawanya, keluarganya menangung derita lain.

Ayahnya tewas di tangan Nazi dengan gas karena dinilai lemah.

Sementara saudaranya tewas ditembak usai menolak untuk melepaskan gigi emas dari mayat.

Setelah bertarung hampir sekitar 200 kali dan tak pernah kalah, Arouch akhirnya dibebaskan.

Pada tahun 1945 ia dipindahkan ke Bergen-Balsen untuk melakukan kerja paksa hingga akhirnya sekutu datang dan membebaskan kamp tersebut.

Saat berada di Bergen-Belsen, Arouch bertemu dengan tawanan lain bernama Marta Yechiel.

Bersama Yechiel, Arouch bermigrasi ke Israel dan menetap di Tel Aviv.

Disana ia menikah dengan Marta dan membuat sebuah keluarga.

Setelah perang, Arouch memberikan sebuah pidato inspirasional.

Arouch sendiri mengakhiri rekor kemenangannya pada tahun 1955 saat bertarung menghadapi petinju asal Italia, Amleto Facinelli.

Salamo sendiri diketahui meninggal pada usia 86 tahun tepatnya pada 26 April 2009.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaStylo (@bolastylo) on

 



Penulis : Ananda Lathifah Rozalina
Editor : Ananda Lathifah Rozalina
Video Pilihan