Baca Juga: Sosok Gamer Indonesia di Balik Kemenangan Alex Marquez di MotoGP Virtual
Namun, perlu diketahui bahwa tingkat keparahan gejala ini yang dialami setiap orang berbeda-beda, ada yang kemampuan mengecap dan menciumnya hanya berkurang hingga tidak berfungsi sama sekali.
Gejala-gejala baru ini sebenarnya sudah dilaporkan oleh sejumlah negara, melalui sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada Februari yang lalu di Korea Selatan.
Menyebutkan sekitar 30 persen dari 2.000 pasien positif virus corona atau COVID-19 mengalami gangguan penciuman.
Di Jerman melalui sebuah hasil survei yang dilakukan University Hospital Bonn menunjukkan sebanyak 70 persen pasien mengeluhkan kondisi yang sama dalam beberapa hari.
Baca Juga: Penularan Covid-19 Jarang Menyerang Bayi dan Anak-Anak, Namun...
Tak hanya di kedua negara tersebut, kondisi serupa juga ditemukan di sejumlah negara lain, seperti Iran, Amerika Serikat, Prancis dan Italia bagian utara.
Menyusul hal itu, Dr.Claire Hopkins, Presiden British Rhinological Society menegaskan bahwa kondisi tersebut harus ditanggapi dengan waspada.
Mengingat orang yang mengalami gejala hilangnya penciuman dan pengecapan kemungkinan besar merupakan pasien tak terdeteksi yang justru memperluas penyebaran coronavirus.
Pada umumnya, mereka yang tidak mengalami gejala umum seperti demam dan lain sebagainya justru mengalami gangguan pada indra penciuman dan pengecapan.
Baca Juga: Cegah Covid-19 dengan Sering Cuci Tangan, Ini Tips Supaya Kulit Tidak Kering
Source | : | hellosehat.com,bolastylo.bolasport.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |