BolaStylo.com - PSSI mendapat kritikan keras dari Federasi Internasional Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro) soal kebijakan gaji pemain di tengah pandemi Covid-19.
FIFPro menyoroti tentang kebijakan pemotongan gaji masimal 75 persen yang dibuat tanpa diskusi dengan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).
Menurut FIFPro, PSSI telah menginterversi hubungan kerja pemain tanpa mengundang serikat pesepak bola.
"PSSI mengintervensi hubungan kerja pemain tanpa keinginan untuk mengundang serikat pesepak bola ke meja perundingan," kata Direktur Legal FIFPro Roy Vermeer.
Pihak FIFPro, FIFA, dan AFC sebelumnya telah menjelaskan agar seluruh federasi di bawah mereka termasuk PSSI untuk bekerja sama dengan dengan klub dan pemain.
Namun PSSI dianggap tidak bekerja sama dan berkomunikasi dengan pemain melalui APPI.
PSSI memang telah menetapkan kebijakan jika klub Liga 1 dan Liga 1 bisa menggaji pemainnya minimal 25 persen dari perjanjian untuk bulan Maret hingga Juni 2020.
Baca Juga: Kocak! Kaca Mobil Mohamed Salah Retak, Dejan Lovren Jadikan Guyonan
Sayangnya, FIFPro menemukan fakta jika tak ada satu pun klub yang lebih dari 25 persen dari perjanjian.
Bahkan terdapat dua klub yang hanya memberikan 10 persen dari gaji yang telah disepakati.
Lalu di Liga 2, klun hanya menggaji pemain sebanyak 10 dan 15 persen dari kesepakatan.
Dalam kondisi normal, di Liga 2 menurut FIFPro, pemain mengdapatkan gaji sekitar Rp2,9 juta.
Gaji tersebut sudah dianggap di bawah upah minimum regional yang jumlahnya Rp4,4 juta.
Kemudian dengan adanya kebijakan dari PSSI, pemain di Liga 1 hanya menerima gaji sekitar Rp737 ribu.
Kenyataan ini membuat PSSI dinilai tidak memperhatikan kesejahteraan pemain di Indonesia.
Baca Juga: Bangkrut, Evander Holyfield Jual Jubah Saat Digigit Mike Tyson
"Fakta bahwa keputusan PSSI berlaku sejak Maret menunjukkan bahwa PSSI tidak peduli dengan standar internasional, apalagi soal kesejahteraan pemain di Indonesia," ujar Roy Vermeer.
FIFPro mengatakan jika APPI telah membawa sebayak 31 kasus pemain ke Badan Penyelesaian Sengketa Nasional (NDRC).
Mereka juga menegaskan jika penerapan standar kontrak pemain di Indonesia membuat FIFPro frustrasi.
Banyak klub yang tidak menerapkan kontrak dengan baik yang mana harus memastikan standar minimum gaji untuk pemain.
Sayangnya, PSSI tidak turun tangan untuk menanggapi kasus tersebut.
Ini membiuat situasi banyak pemaon menjadi semakin renyan di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Lawan Khabib Nurmagomedov, Gaethje Sesumbar Menang Pakai Cara Ini
View this post on Instagram
Source | : | Antara |
Penulis | : | Rara Ayu Sekar Langit |
Editor | : | Rara Ayu Sekar Langit |
KOMENTAR