COVID-19 - Berapa Lama Virus Corona Bertahan di Logam, Kaca, Plastik, Kardus, Udara?

Taufik Batubara Rabu, 18 Maret 2020 | 17:48 WIB
Virus SARS-CoV-2 virus, juga disebut novel coronavirus, menyebabkan Covid-19. (CDC)

BolaStylo.com - Atlet atau siapa pun bisa terkena Covid-19 dengan menyentuh permukaan yang baru saja terkontaminasi virus corona.

Nah, kita harus tahu, berapa lama sebetulnya virus corona dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.

Siapa pun kini di seluruh dunia memiliki rasa takut terhadap setiap permukaan karena Covid-19 telah menyebar.

Akhir-akhir ini kerap terlihat pemandangan di tempat-tempat umum di seantero dunia, orang-orang membuka pintu dengan siku, para penumpang angkutan umum tak menyentuh besi sandaran atau pegangan, dan pekerja kantor menggosok meja mereka setiap pagi.

BolaStylo.com menemukan di sejumlah gerai swalayan seperti Alfamart dan Indomaret sebuah pengumuman agar pengunjung membuka pintu kaca memakai siku atau bahu.

Baca Juga:

Ketua PSSI Jepang Positif Covid-19 Sepulang dari Eropa dan Amerika

Enam Pemain dan Staf Espanyol Positif Terke Covid-19 

Di sejumlah wilayah yang paling parah terkena virus corona, tim pekerja berpakaian pelindung dikirim untuk menyemprotkan desinfektan di plasa, taman, dan jalan-jalan umum.

Perintah pembersihan di kantor, rumah sakit, toko, dan restoran telah meningkat.

Di beberapa kota, sukarelawan yang bermaksud baik bahkan berani keluar pada malam hari untuk menggosok keypad mesin uang (ATM).

Untuk mengedukasi pembaca soal wabah Covid-19 ini, BolaStylo.com mengutip artikel menarik dari BBC.com.

Sebagaimana banyak virus pernapasan, termasuk flu, Covid-19 dapat menyebar dalam butiran kecil yang dilepaskan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi saat batuk.

Satu kali batuk dapat menghasilkan hingga 3.000 droplet atau tetes.

Partikel-partikel dari batuk itu dapat mendarat pada tubuh orang lain, pakaian, dan permukaan di sekitar mereka.

Beberapa partikel yang lebih kecil dapat tetap berada di udara.

Ada juga beberapa bukti bahwa virus corona ini juga menumpahkan lebih lama dalam masalah feses, sehingga siapa pun yang tak mencuci tangan secara menyeluruh setelah memakai toilet dapat mencemari apa pun yang mereka sentuh.

Perlu dicatat bahwa, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat, menyentuh permukaan atau obyek terkena corona, lalu menyentuh wajah sendiri, maka "tidak dianggap sebagai cara utama penyebaran virus".

Meski begitu, CDC, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan otoritas kesehatan lainnya, telah menekankan bahwa mencuci tangan dan membersihkan serta mendisinfeksi permukaan yang sering disentuh setiap hari adalah kunci dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Jadi, meski kita masih belum tahu persis berapa banyak kasus yang disebabkan langsung oleh permukaan yang terkontaminasi, para ahli menyarankan untuk berhati-hati.

Salah satu aspek yang belum jelas adalah berapa lama SARS-CoV-2, nama virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.

Beberapa studi lain tentang virus corona, termasuk Sars dan Mers, menemukan bahwa Covid-19 dapat bertahan hidup di logam, kaca, dan plastik selama 9 hari, kecuali didesinfeksi dengan benar.

Beberapa bahkan dapat bertahan hingga 28 hari dalam suhu rendah.

Virus corona dikenal sangat tangguh dalam hal di mana mereka dapat bertahan hidup.

Para peneliti sekarang mulai memahami lebih banyak tentang bagaimana ini mempengaruhi penyebaran virus corona baru.

Neeltje van Doremalen, seorang ahli virus di National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat, dan rekan-rekannya di Rocky Mountain Laboratories di Hamilton, Montana, telah melakukan beberapa tes pertama tentang berapa lama SARS-CoV-2 dapat bertahan untuk beragam permukaan.

Studi mereka, yang belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, menunjukkan bahwa virus dapat bertahan di tetesan hingga 3 jam setelah terbatuk ke udara.

Tetesan halus berukuran antara 1-5 mikrometer (sekitar 30 kali lebih kecil dari lebar sehelai rambut manusia) dapat tetap mengudara selama beberapa jam di udara yang tenang.

Ini berarti bahwa virus yang bersirkulasi dalam sistem pengkondisian udara tanpa filter hanya akan bertahan paling lama selama dua jam, terutama karena tetesan aerosol cenderung mengendap pada permukaan lebih cepat di udara yang terganggu.

Tetapi studi NIH menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 bertahan lebih lama di atas kardus, yakni hingga 24 jam, dan hingga 2-3 hari di permukaan plastik dan stainless steel.

Temuan menunjukkan virus mungkin bertahan lama di gagang pintu, yang dilapisi plastik atau dilaminasi, dan permukaan keras lainnya.

Namun, para peneliti menemukan bahwa permukaan tembaga cenderung membunuh virus dalam waktu sekitar 4 jam.

Selain itu, ada pilihan yang lebih cepat: penelitian telah menunjukkan bahwa virus corona dapat dimatikan dalam 1 menit melalui disinfeksi permukaan dengan alkohol 62-71%, atau pemutih hidrogen peroksida 0,5%, atau pemutih rumah tangga yang mengandung 0,1% natrium hipoklorit.

Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi juga cenderung menyebabkan virus corona lain mati lebih cepat, meski penelitian telah menunjukkan bahwa virus corona terkait yang menyebabkan Sars dapat terbunuh oleh suhu di atas 56 derajat Celcius atau 132 derajat Fahrenheit pada tingkat sekitar 10.000 partikel virus setiap 15 menit.

Meskipun tak ada data pasti tentang berapa banyak partikel corona dalam satu tetesan yang terbatuk oleh orang terinfeksi, penelitian tentang virus flu menunjukkan bahwa tetesan yang lebih kecil dapat mengandung puluhan ribu salinan virus influenza.

Namun, ini dapat bervariasi tergantung pada virus itu sendiri, di mana di saluran pernapasan tersebut ditemukan, dan pada tahap apa dalam infeksi orang tersebut.

Pada pakaian dan permukaan lain yang lebih sulit disucihamakan, belum jelas berapa lama virus bisa bertahan.

Vincent Munster, kepala bagian ekologi virus di Rocky Mountain Laboratories dan salah satu pemimpin penelitian NIH, mengatakan masih mengujinya pada pakaian.

Serat alami penyerap dapat menyebabkan virus cepat kering.

"Kami berspekulasi, karena bahan berpori, itu cepat kering dan mungkin menempel pada serat," kata Munster.

Perubahan suhu dan kelembaban juga dapat mempengaruhi berapa lama virus corona dapat bertahan.

Dari situ dapat dijelaskan mengapa virus korona kurang stabil dalam tetesan yang menggantung di udara, karena lebih terbuka.

“Kami sedang menjalankan percobaan tindak lanjut untuk menyelidiki efek suhu dan kelembaban secara lebih rinci.”

Menurut Munster, kemampuan virus untuk bertahan lama benar-benar menggarisbawahi pentingnya kebersihan tangan dan pembersihan permukaan.

"Ada potensi virus ini ditularkan melalui berbagai rute," jelas Munster.



Source : BBC.com
Penulis : Taufik Batubara
Editor : Taufik Batubara
Video Pilihan