Kenyataan ini sempat diwartakan oleh Majalah Tempo berjudul Delapan Bulan Bersama Ali Sadikin yang terbit di tahun 1978.
Baca Juga: Liverpool Vs Napoli - Mode Serius Juergen Klopp Akhirnya Dikeluarkan!
Dalam pemberitaannya, Ali Sadikin mengakui kondisi keuangan kritis PSSI tak lepas dari kepengurusan yang menitikberatkan pada program kerja.
Berbeda dengan kepengurusan sebelumnya yang lebih doyan menggelar laga melawan tim luar negeri tanpa peduli jalan atau tidaknya kompetisi.
"Menurut Ali Sadikin, sisa kas sampai akhir Maret (1978) lalu tercatat Rp1,9 juta. Sedangkan yang dikeluarkan dari pemasukan selama delapan bulan berjumlah Rp344 juta." tulis laporan Tempo.
Ali pun membuat perubahan signifikan, memangkas laga seremonial melawan tim luar negeri dan fokus pada kompetisi dalam negeri.
Baca Juga: Media dan Publik Vietnam Digemparkan dengan Ucapan Eks Kapten Timnas Indonesia
Meskipun tak sedikit langkahnya itu yang berujung pada kritik, ditambah prestasi tim nasional yang belum bisa bicara banyak.
Di tangan Ali Sadikin, budaya yang merugikan bangsa ditumpas dan PSSI memiliki sistem kerja yang lebih tertata, termasuk soal urusan kompetisi sepak bola dalam negeri.
Sementara kritikan yang dianggap biasa saja bagi Ali namun respons yang diberikan di luar dugaan, sosoknya dianggap sukses membangun Jakarta tapi tidak degan PSSI.
Ali Sadikin berani mengakui dirinya salah, namun ia menegaskan bahwa apa yang dijalankan menurutnya sudah benar.
Baca Juga: Nasib Proyek Training Ground Arema FC Usai Juragan 99 Mundur
Termasuk keputusan memilih sebagai oposisi pemerintah dan bergabung dengan kelompok Petisi 50 di tahun 1980.
Tak mau PSSI kena imbas karena keputusannya itu, sebagai bentuk tanggung jawab Ali memutuskan mundur dari jabatan ketua umum.
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR